Minggu, 30 Juni 2013

Antara TDA dan TDB

Antara TDA dan TDB

Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya untuk memberi sedikit ulasan tentang pertanyaan rekan XXX di milis IEU2002 tentang arti dari TDA dan TDB. Jelas dan gamblang bahwa jawaban yang diberikan adalah bahwa TDA = Tangan Di Atas = Pengusaha, sedangkan TDB = Tangan Di Bawah = Karyawan.

Yang menggelitik perasaan saya adalah, apa iya setiap karyawan itu sudah pasti “Tangan Di Bawah”?

Menurut pengertian umum, “tangan di bawah” mengandung arti “tangan yang menerima” dan bukan “tangan yang memberi”. Arti sebaliknya berlaku bagi “tangan di atas”. Dalam pengertian yang lebih luas, sering diartikan bahwa orang yang “tangan di bawah” adalah mereka yang kehidupannya lebih tergantung dari pemberian orang lain. Ekstrimnya, kaum tangan di bawah adalah mereka yang nasibnya lebih bergantung pada belas kasihan orang lain. Mudah-mudahan pengertian ini tidak terlalu salah, atau melenceng terlalu jauh dari arti sesungguhnya.

Nah sekali lagi, timbul pertanyaan, apa benar seorang karyawan sudah pasti “TDB”, dan hidupnya mesti bergantung pada orang lain yang namanya majikan?

Menurut saya, seorang karyawan akan menjadi “TDB” atau tidak, sama sekali tergantung dari paradigma yang ada di kepalanya saat menjalankan hajat hidupnya sebagai karyawan. Paradigma itulah yang nanti akan menyebabkan dia menjadi “TDB” atau bukan. Jadi, tidak selamanya yang disebut karyawan, pegawai, orang gajian atau apa pun namanya, menjadi “TDB” karena bekerja terhadap majikan.

Ada 3 (tiga) jenis paradigma di benak karyawan, yaitu pertama: yang bersangkutan cenderung kurang menghargai hubungan kerja, kedua : menghargai hubungan kerja secara berlebihan, dan yang ketiga : menghargai hubungan kerja secara wajar sambil menempatkan diri sejajar, setara, sederajat atau setingkat terhadap majikan, dengan tujuan menjaga unsur keseimbangan yang saling menguntungkan.

Ketiga jenis sikap di atas, akan melahirkan tipe-tipe karyawan yang dapat kita kenali dari sepak terjangnya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari:

1) Tipe Petualang.
2) Tipe Pengabdi.
3) Tipe Mitra.


TIPE PETUALANG
Karyawan jenis ini condong memperlakukan perusahaan tempat ia bekerja hanya sebagai obyek yang bisa dikendalikan sesuka hati, atau sebagai tambang emas yang bisa digali dan dikeruk isi perutnya sepuas-puasnya. Yang termasuk dalam katagori tipe petualang antara lain mereka yang bekerja untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan melakukannya secara “hantam kromo”, tidak peduli halal atau tidak, yang penting duit! Sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa tidak terpuji seperti korupsi materi, korupsi waktu, penggelapan bahkan pencurian dan lain sebagainya. Sering bolos untuk menjalankan usaha sampingan, juga termasuk dalam golongan ini.

Demikian juga dengan tipe Kutu Loncat. “Kutu loncat” adalah mereka yang selalu berpindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke lain perusahaan, tergantung dari pihak mana yang menurutnya lebih baik dalam hal memberi kedudukan dan uang. Dengan sendirinya, mereka mudah “dibajak” dengan iming-iming gaji besar.

Tipe petualang tidak termasuk dalam dikotomi TDA vs TDB.


TIPE PENGABDI
Sementara itu, sebagian orang berpikiran bahwa kerja pada majikan, sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah rumah tangga. Mereka berpendapat, dari situlah dapur bisa berasap sehingga semua anggota keluarga bisa makan dan roda kehidupan berputar dengan wajar. Dengan anggapan ini, mereka selalu mendambakan sebuah pekerjaan yang tenang tenteram, dan bisa dijadikan tumpuan selama hidup.

Maka orang-orang jenis ini akan terlihat bekerja sehari-hari secara cukup tekun, cukup rajin, tidak terlalu banyak menuntut dan sebaliknya juga tidak terlalu keras bekerja demi karir. Karena sangat menyenangi ketenangan kerja dalam lingkup tanggung jawab terbatas, mereka tahan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang “itu-itu” juga, dalam suasana yang monotone tanpa perubahan apa pun.

Pada peristiwa PHK, orang-orang ini akan menjadi sangat panik, karena sesuai dengan jalan pikiran mereka, PHK akan menyebabkan rumah tangga porak-poranda. Dapur akan kehilangan asapnya, sumber makan keluarga akan terhenti, anak-anak terlantar dan tidak terbayang kegiatan apa yang bisa mereka lakukan setelah berhenti dari pekerjaan sekarang.

Tipe pengabdi inilah yang pada umumnya menganggap majikan sebagai dewa penolong kehidupan, sehingga merasa bahwa posisi mereka ada di bawah posisi majikan. Merekalah yang mengganggap diri mereka sendiri sebagai “TDB” alias tangan di bawah.

TIPE MITRA

Seorang karyawan yang membangun hubungan kerja berdasarkan falsafah kemitraan, akan mempunyai perilaku yang sama sekali berbeda dibanding mereka yang menganut falsafah kerja petualang atau pengabdian semu. Di sini, karyawan penganut kemitraan menganggap perusahaan majikan sebagai amanah yang harus dijaga, dipelihara, dibina serta dikembangkan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga tidak pernah selintas pun timbul pikirannya untuk melakukan korupsi, penggelapan serta hal-hal lain yang tak terpuji.

Di lain pihak, ia juga tidak pernah menganggap majikan sebagai dewa penolong yang memberinya penghidupan, karena ia sadar bahwa apa yang diterimanya dari sang majikan merupakan timbal balik dari jasa-jasa, kepiawaian, energi, waktu serta profesionalisme yang ia dedikasikan kepada perusahaan.

Dalam hal ini, paradigma karyawan tersebut sudah menerapkan konsep “True Salesmanship” yang berbasiskan pemikiran kerjasama saling menguntungkan. Sebuah transaksi yang didasarkan atas jual-beli berprinsip “Win-win solution”, di mana semua pihak diuntungkan, semua pihak berbahagia dan tidak ada pihak yang dirugikan atau teraniaya. Oleh sebab itu, sosok seperti ini tidak dapat digolongkan dalam profil “TDB”, melainkan “TDA” bersama-sama dengan majikannya.

Dengan konsep pemikiran seperti itu, secara sadar atau tidak, unsur kewirausahaan sudah cukup dominan dalam sepak terjang karyawan tipe ini. Maka tidaklah mengherankan, kalau pada suatu saat nanti, karyawan tipe mitra akan muncul secara surprise, sebagai seorang wirausahawan tangguh.

Himbauan saya bagi teman-teman yang merasa “TDB”, dan merasa masih agak terlalu jauh untuk sampai di tatanan wirausahawan mandiri, ada satu langkah awal yang cukup efektif, yaitu merubah paradigma dari seorang karyawan yang “TDB”, menjadi karyawan yang “TDA”. Insya Allah, setelah itu jalan menuju kemandirian akan lebih terbuka.
 
Di Plek dari alamat:..
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/11/antara-tda-dan-tdb.html

BISNIS ITU PERMAINAN, BUKAN ILMU PENGETAHUAN

Selama kita merasa belum familiar dan takut memulai bisnis, biasanya yang timbul di pikiran kita adalah: “belajar!”. Pilihannya mungkin dengan jalan mengambil program S2 dan jadi seorang MBA, atau ikut sebanyak-banyaknya seminar dan pelatihan, atau bisa juga dengan berguru dan mengabdi pada seorang begawan bisnis.

Kira-kira, sudah selaraskah alur pemikiran yang sedemikian dengan apa yang terjadi pada kenyataannya? Mari kita telaah.

Kebanyakan dari kita berbisnis karena ingin sukses, lalu menjadi kaya raya. Kita membayangkan, betapa enak dan hebatnya bila kita dapat sesukses dan sekaya Bill Gates atau Donald Trump. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mereka itulah orang-orang sukses yang sebenar-benarnya. Merekalah sosok-sosok pebisnis yang prestasinya membuat banyak orang terobsesi.

Maka tidak heran jika para pakar pun berusaha menyadap dan mempelajari segala hal yang ada pada orang-orang sukses itu, dengan harapan dapat mentransfer nilai-nilai kesuksesannya kepada orang-orang lain yang juga ingin menjadi figur sukses. Mereka berpendapat bahwa: “Leaders are made, not born”.

Selanjutnya, segala sepak terjang yang dilakukan oleh para pebisnis tersebut, dikumpulkan, dipilah-pilah, lalu dianalisis. Dari analisis itu dibuat teori-teori. Hasilnya, muncullah berbagai teori kesuksesan yang terkemas dalam materi-materi “ilmu bisnis”, wacana profesionalisme, ilmu kepemimpinan (leadership), dan lain sebagainya.

Orang-orang awam memang ingin sekali menemukan cara-cara yang bisa membantu mereka untuk secara cepat mencapai kesuksesan. Semacam rel kereta yang tinggal diikuti saja akan mengantar orang tiba di gerbang kejayaan.

Namun demikian, apa benar kalau kita ingin menjadi figur sukses -- lebih spesifiknya pebisnis sukses -- harus menempuh perjalanan yang sarat dengan teori-teori kesuksesan seperti itu?

Dari berbagai catatan yang ada, tampaknya tidak demikian. Banyak sepak-terjang yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis dunia tidak mencerminkan bahwa kesuksesan mereka disebabkan pembelajaran yang sungguh-sungguh dalam ilmu bisnis, profesionalisme dan teori kepemimpinan. Tidak juga pengetahuan ekonomi, teori-teori tentang kebebasan finansial, ilmu marketing dan lain sebagainya. Pun, tidak karena mereka rajin mengikuti seminar kesuksesan atau lokakarya tentang strategi bisnis.

Di lain pihak, banyak pemimpin bisnis ternyata merupakan orang-orang yang justru tidak suka belajar, malas sekolah, dan hanya ingin bermain-main saja. Boro-boro ikut seminar atau lokakarya. Lho kok bisa?

Ada beberapa contoh kasus. Yang pertama, Thomas Alva Edison. Nama ini sudah kita tahu sejak di bangku SD bukan? Namun, tentunya kita kenal Edison lebih sebagai tokoh ilmu pengetahuan, karena sekolah memfokuskan ajaran hanya pada penemuan atas lampu pijar dan berbagai temuan teknis lain yang dilakukannya.

Maka jarang kita memperhatikan bahwa sesungguhnya Thomas Alva Edison adalah juga seorang pengusaha besar yang sukses. Ia adalah pemilik dan pendiri berbagai perusahaan dengan nama-nama seperti Lansden Co. (mobil/otomotif), Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.

Apakah untuk mencapai itu semua Edison harus bersusah-payah mengikuti berbagai sekolah dan pendidikan tinggi? Atau mengikuti seminar kelas dunia yang diselenggarakan oleh para pakar kesuksesan, pakar bisnis atau pakar financial freedom? Ternyata tidak. Figur Edison adalah figur pemalas yang hanya tahan 3 minggu bersekolah. Ia lebih suka bermain-main dengan perkakas, dengan kawat dan dengan listrik. Itu kesenangannya dan dengan itu ia sukses.

Contoh lain adalah Kenji Eno. Ia juga tidak suka sekolah. Ia cuma suka bermain-main dengan permainan, istimewanya dengan video games. Kelas 2 SMA berhenti sekolah terus nganggur. Lalu dapat kerja di perusahaan perangkat lunak, sampai akhirnya ia berhasil mendirikan perusahaan perangkat lunaknya sendiri yang dinamakan WARP. Dalam tempo beberapa tahun saja Kenji Eno mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan video games terhebat di dunia yang diakui oleh tokoh-tokoh industri.

Fenomena-fenomena yang dibuat oleh orang-orang semacam Edison dan Kenji Eno ini memberi kesan kepada kita semua bahwa bisnis itu sebenarnya lebih dekat kepada sebuah permainan, dan terlalu jauh untuk diperlakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Gede Prama yang dikenal sebagai pakar manajemen (bahkan dijuluki Stephen Covey Indonesia), mengomentari fenomena Kenji Eno sebagai kesuksesan dari kebebasan berfikir yang mampu melompat, karena belum terkena polusi-polusi yang dibuat sekolah.

Menurut saya, adalah keliru mempelajari fenomena pemimpin, untuk menciptakan pemimpin. Demikian juga, keliru mempelajari fenomena pebisnis sukses, untuk mencetak pebisnis sukses. Sebab, fenomena pemimpin (atau pebisnis) adalah fenomena manusia, yang tidak sama dengan fenomena alam. Kalau Isaac Newton mempelajari peristiwa jatuhnya buah apel ke tanah (fenomena alam) dan kemudian menemukan hukum gavitasi, maka itu oke-oke saja. Karena fenomena alam tidak berubah, hukum gravitasi pun akan tetap abadi.

Akan tetapi, mempelajari fenomena manusia pasti akan menimbulkan frustrasi. Sebab, manusia merupakan mesin perubahan, sehingga tidak akan ada fenomena manusia yang tinggal tetap abadi sepanjang masa, berlawanan dengan yang kita lihat pada peristiwa jatuhnya buah apel.
Pemimpin, dalam bidang apa pun termasuk bisnis, adalah sosok manusia yang bebas, yang bertindak semaunya tanpa memperhatikan teori mau pun kaidah, sehingga nyaris percuma kalau kita ingin mempelajari dan mengikuti jejak sepak terjangnya.

Coba lihat, pada saat terjadinya resesi ekonomi dunia tahun 1929, semua orang berdasarkan teori-teori yang ada, berusaha untuk berlaku sehemat mungkin. Tapi sebaliknya, Matsushita si raja elektrik dari Jepang malah royal mengeluarkan uang. Seakan uang itu tidak lebih dari mainan saja layaknya. Meski pun bukan tanpa alasan dia berlaku demikian.

Lihat juga Kim Woo Chong, pendiri imperium Daewoo. Ketika semua pengusaha (juga dengan teori-teori yang ada) berkonsentrasi memasuki pasar negara-negara kaya semacam Amerika dan Eropa, ia malah dengan santainya masuk ke pasar-pasar “keras” seperti Iran, Sudan dan Rusia serta negara-negara blok timur.

“Kesia-siaan” mempelajari dan berusaha mengikuti sepak terjang para pemimpin bisnis bisa dirasakan secara langsung di lapangan. Saat pertama kali Harvard Business Review mempublikasikan konsep pemasaran yang beken dengan “Marketing Mix” 4P (product, price, place dan promotion), nyaris semua pengusaha serta pakar bisnis menganut konsep ini secara fanatik. Begitu juga dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah manajemen.

Tapi, tidak terlalu lama, sebagai akibat “ulah” para pemimpin bisnis yang gemar bermain-main, perubahan tren perekonomian dan industri memaksa para pakar dan pembelajar merubah lagi konsepnya dengan 6P, 8P bahkan yang terakhir disebutkan sebagai 12P.

Terus bagaimana? Kalau kita harus bersiaga setiap saat untuk belajar dan tidak ketinggalan zaman dengan ilmu marketing, kapan kita berbisnis?

Saya rasa kita semua banyak yang terjebak dan hanyut dalam “arus ilmu pengetahuan” yang dibuat oleh mereka yang “pakar ilmu pengetahuan”, sehingga kita tidak sempat lagi berinovasi yang justru merupakan kunci sukses bisnis. Kita malah terus menerus “dipaksa” mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.

Pertanyaannya: ”Sebenarnya kita mau jadi pebisnis atau mau jadi ilmuwan sih?”

Saya sendiri yakin bahwa bisnis dan kesuksesan itu adalah semacam permainan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh William Cohen dalam tulisannya “The Art Of The Leader” : “Success is acquired by playing hard, not by working hard..”.

Mengacu pada obsesi banyak orang tentang Bill Gates dan Donald Trump sebagaimana disebut di atas, perlu diketahui bahwa kedua orang tokoh ini pun mencapai sukses dari kesenangannya bermain-main.

Bill Gates sejak masih berusia 13 tahun sudah bermain-main dengan perangkat lunak komputer, dan dengan itu ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Donald Trump juga sejak kecil selalu bermain-main ke kantor ayahnya, Fred Trump. Dia suka sekali melihat-lihat maket gedung dan pencakar langit, sebelum tertarik dengan bidang bisnis sang ayah, yaitu properti. Dan jadilah Donald Trump seorang Raja Properti.

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, orang yang mempelajari ilmu kepemimpinan tidak akan menjadi pemimpin. Tapi, orang yang mencoba menjadi pemimpin, akan menjadi pemimpin. Demikian juga, orang yang mempelajari ilmu bisnis, tidak akan menjadi pebisnis. Tapi, orang yang mencoba menjadi pebisnis, akan menjadi pebisnis.

di Plek dari alamat:..
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/12/bisnis-itu-permainan-bukan-ilmu.html

Cara Mengontrol Amarahmu [MUST READ]

Kemarahan adalah emosi umum saat kita mengalami, melihat, mendengar, dan merasakan seseorang atau sesuatu tidak benar atau berlawanan dengan pandangan kita. Tetapi di kasus tertentu, marah itu penting untuk menunjukkan ketegasan kita. Setiap orang memiliki skala kemarahan sendiri...

Seberapa sering kita marah, seberapa hebat, seberapa lama, tingkat masalah yang membuat marah, berbeda-beda tiap orang. Orang yang sering dan mudah marah, terlalu lama dan terlalu hebat saat marah perlu belajar manajemen emosi untuk mengontrol amarahnya. Aku akan memberikan tips umum untuk mengontrol amarahmu.


Quote:1. Menjauhlah beberapa saat dan berikan waktu pada dirimu untuk berpikir
Saat kamu merasa seseorang melakukan kesalahan, jangan langsung merespon situasi tersebut. Lebih baik, ambil waktu beberapa saat untuk berpikir, tenangkan dirimu, dan ambil napas yang dalam. Jika perlu, menjauhlah dari sumber masalah. Setelah kamu merasa rileks, hadapilah!


Quote:2. Cari akar permasalahannya
Seringkali orang menjadi marah karena mereka tidak menilai masalah lebih dalam. Bisa saja itu hanyalah efek samping dari rasa iri hati, hormon yang tidak stabil (saat menstruasi), atau mungkin mereka belum menyadari penyebab sebenarnya dari masalah. Contohnya, kamu marah karena pacarmu terlambat menjemputmu. Dalam kasus itu, daripada langsung menuduh ia tidak bertanggung jawab, tanyakan padanya "mengapa kamu terlambat?". Bisa saja ia terlambat karena ia harus menyelesaikan sesuatu yang penting sebelumnya. Jika kamu dapat menemukan akar permasalahan dari masalahmu dan mengatasinya, kamu tidak akan menjadi orang yang mudah marah.


Quote:3. Berpikirlah mengenai responmu dan konsekuensinya
Tak terhitung lagi orang yang merasa menyesal karena mereka tidak bisa mengendalikan amarahnya. Biasanya, orang yang tidak dapat mengendalikan amarah, cenderung melukai perasaan orang lain, dan bahkan melukai secara fisik. Pikir lagi konsekuensi dari amarahmu. Bereaksi-lah terhadap masalah dengan tegas tanpa mengurangi arti sebenarnya dari kata-katamu. Jika kamu sudah terlanjur mengeluarkan amarahmu secara berlebihan, minta maaflah dengan tulus, dan katakan tujuanmu yang sebenarnya.


Quote:4. Dewasalah dalam berpikir dan bertindak
Orang yang akrab dengan amarah, biasanya memiliki masalah serius dengan kedewasaannya. Remaja cenderung lebih meledak-ledak dalam emosi karena mereka belum dewasa dalam berpikir dan belum memiliki emosi yang stabil. Tetapi bukan berarti setiap orang yang sudah tua adalah orang yang dewasa. Tingkatan umur tidak selalu sebanding dengan tingkat kedewasaan. Saat kamu selesai membaca artikel ini, tidak peduli kamu remaja atau orang tua, cobalah untuk selalu berpikir sebelum bertindak. Berlatihlah untuk mengontrol emosimu.


Quote:5. Temukan motivasi untuk meningkatkan dirimu
Apakah ada orang yang kamu cintai? Siapakah orang yang tidak ingin terkena akibat dari amarahmu? Gunakan mereka dan berpikirlah tentang mereka sebagai motivasimu untuk mengontrol amarahmu.


Pastikan kamu membaca Efek Negatif dari Marah juga, untuk mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai amarah. Good Luck

[WoW] Agan Punya Pekerjaan yang Membosankan !!! Ada Cara nya nih gan

Kali ini ane ingin menshare sedikit informasi dari sumber yang menurut ane merupakan salah satu info penting bagi agan2 semua yang memiliki pekerjaan atau apapun yang sifatnya itu membosankan, tp apakah pekerjaan itu bisa di buat nikmat dan terasa enjoy ?!?. Banyak gan caranya...menurut pengalaman ane adalah cukup dengan menjadikan pekerjaan kita bagian dari hobi kita kita. contoh agan suka maen futsal, biar kata ujan, gledek, sakit perut, pusing klo emang ada schedule maen futsal pasti agan2 tetep berangkat kan ?!? nah itu yang ane maksud gan. untuk detailnya ane share di bawah ini gan......Cara-cara Mengerjakan Pekerjaan yang Membosankan

Quote:
Seberapa cintakah Agan pada pekerjaan Agan? Kecintaan pada pekerjaan memang membuat kita berpeluang lebih tinggi untuk meraih keberhasilan. Namun, tidak semua bagian dari pekerjaan yang kita miliki itu menyenangkan. Ada hal-hal tertentu yang membuat kita merasa kurang nyaman, kurang bebas, atau terkekang saat bekerja.

Jangan terlalu memikirkannya
Satu cara untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang tak terlalu menyenangkan ialah dengan tidak terlalu memikirkannya dalam-dalam. Tentu saja Agan masih harus berkonsentrasi saat mengerjakannya tetapi jika Agan menyibukkan diri menyelesaikannya dengan mengerjakan, bukan membicaranya atau memikirkan, pikiran Agan akan tersibukkan dan teralihkan dari pikiran negatif yang membuat tidak produktif. Memikirkan kekhawatiran akan sesuatu yang belum terjadi ialah penyia-nyiaan tenaga dan waktu.

Temukan cara alternatif untuk melakukannya
Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan menemukan cara alternatif untuk melakukannya. Misalnya jika Agan kurang menyukai tugas administrasi kantor yang monoton, lakukan dengan metode yang bervariasi, mengerjakannya diiringi musik kesukaaan, atau di tempat yang tenang dan minim gangguan.

Lakukan tanpa ditunda
Penundaan akan membuat beban terasa lebih berat. Saat tugas terselesaikan dengan segera, beban Anda akan terasa jauh lebih ringan. Setelah terbebas dari pekerjaan yang kurang menyenangkan itu, pikiran dan energi Anda bisa lebih leluasa fokus ke tugas-tugas lain yang lebih menyenangkan.

Lakukan sedikit demi sedikit
Melakukan dengan sekaligus akan memberatkan. Melakukan sedikit demi sedikit akan terasa lebih ringan. Disiplin juga diperlukan di sini. Agan harus konsisten mengerjakannya sedikit demi sedikit, jangan melewatkan jadwal yang sudah ditentukan.

Berikan pujian pada diri sendiri saat memulai
Ingatlah bahwa saat Agan mulai mengerjakan tugas yang sulit atau membosankan, Agan sedang melakukan sebuah pekerjaan yang dihindari dan dibenci oleh banyak orang. Memulai ialah bagian yang paling sulit dalam proses tersebut. Namun begitu Agan sudah mulai, mungkin akan sulit berhenti bekerja karena Agan mendapat keuntungan dari momentum.

Misalnya, Agan bisa memutuskan untuk bekerja 5-10 menit mengerjakan satu pekerjaan. Setelah Agan bekerja dalam jumlah waktu itu, lihatlah jika Agan masih ingin untuk berhenti mengerjakannya atau Agan masih melanjutkannya.

Setiap kali memulai bagian terberat suatu pekerjaan, kita akan merasa amat percaya diri setelah melewatinya dengan baik. Kita tahu persis bahwa situasi itu bisa memburuk.


Ingatlah pengalaman masa lalu Anda
Setiap orang pasti pernah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sulit sebelumnya, tetapi apakah Agan ingat bagaimana perasaan Agan setelahnya? Menyelesaikan pekerjaan yang sulit dan membuat kewalahan justru sering membuat kita merasa puas dan percaya diri.

Saat sebuah pekerjaan berat muncul, fokuslah pada perasaan positif yang Agan miliki sebelumnya yang bisa dirasakan saat Agan sudah selesai. Perasaan positif itu membantu Agan untuk mulai dengan pekerjaan Agan dan menyelesaikannya dengan mudah. Setiap kali kita mulai sebuah pekerjaan, ingatlah untuk menyadari perasaan positif yang bisa dirasakan setelahnya.

Sabtu, 29 Juni 2013

Memahami Konsep Kepemimpinan Bisnis Online Jeff Bezos

Kepemimpinan Jeff Bezos
“Work hard, have fun and make history.”
Setelah Steve Job meninggal, Jeff Bezos sekarang menjadi pemimpin dunia IT yang disegani. Pada kesempatan ini, Jeff Bezos memberikan banyak saran kepemimpinan, mulai dari apa yang harus dibaca  hingga bagaimana mengelola stress. Banyak dari saran yang diberikan berhubungan dengan bisnis.  Di bawah ini Jeff Bezos memberikan 10 tips memimpin perusahaan:
1. Mendasarkan strategi Anda pada hal yang tidak berubah
Mulai dari menjual lisptik, traktor, pembaca e-book dan data storage merupakan satu kesatuan dari rencana besar dengan 3 nilai penting yaitu menawarkan banyak pilihan, harga murah dan cepat, pengiriman yang dapat dipercaya.
It helps to base your strategy on things that won’t change. When I’m talking with people outside the company, there’s a question that comes up very commonly: “What’s going to change in the next five to ten years?” But I very rarely get asked “What’s not going to change in the next five to ten years?” At Amazon we’re always trying to figure that out, because you can really spin up flywheels around those things. All the energy you invest in them today will still be paying you dividends ten years from now. Whereas if you base your strategy first and foremost on more transitory things—who your competitors are, what kind of technologies are available, and so on—those things are going to change so rapidly that you’re going to have to change your strategy very rapidly, too. “The Institusional Yes : Harvard Business Review”
2. Terobsesi pada pelanggan Anda
“The most important single thing is to focus obsessively on the customer. Our goal is to be earth’s most customer-centric company.”
Pada awal perusahaan Bezos membeli sebuah kursi kosong di ruang rapat. Para karyawan ditekankan untuk memikirkan kursi kosong tersebut yang merupakan anggota rapat paling penting yaitu pelanggan.  Namun sekarang peran penting itu diperankan oleh karyawan yang sudah diberikan traning. Hasilnya adalah tingkat kepuasan pelanggan meningkat drastis.
3. Kami rela disalah pahami pada jangka waktu yang panjang
Banyak ekspansi bisnis Amazon yang membutuhkan banyak biaya pada awalnya. Ekspansi itu kadang membuat harga saham meluncur ke bawah dan membuat para analis sering mencemooh tindakan yang dilakukan Amazon. Bezos hanya mengangkat bahu sebagai jawaban dari tindakannya tersebut. Jika ada goal strategik yang masuk akal baginya, walaupun membutuhkan lima hingga tujuh tahun baru bisa mendapatkan hasilnya, dia akan melakukannya .
konsep kepemimpinan Jeff Bezos 4. Terdapat 2 jenis perusahaan: perusahaan yang berusaha mengenakan biaya yang tinggi kepada pelanggan dan perusahaan yang mengenakan biaya yang rendah pada pelanggan mereka. Kami akan menjadi perusahaan jenis kedua.
Banyak retailer yang membicarakan penekanan biaya dan penghematan pada konsumen. Sedikit retailer yang sangat sering melakukannya seperti Amazon di mana berhemat merupakan satu dari delapan nilai perusahaan. Hasil dari penghematan perlengkapan kantor yang murah yaitu 90 milyar nilai saham di pasar saham dan pertumbuhan pendapatan sebesar 35 %.
Tipe Kepemimpinan Jeff Bezos 5. Tentukan apa yang dibutuhkan pelanggan, berangkat dari situ, buatlah produk, jangan dibalik
Spesifikasi untuk proyek besar Amazon seperti tablet Kindle dan pembaca e-book sudah ditentukan oleh keinginan pelanggan dibandingkan dibuat berdasarkan keinginan internal engineer dari Amazon. Jika pelanggan menginginkan suatu bagian dalam produk hilang maka itu akan dilakukan walaupun perubahan itu  mungkin akan mengganggu suatu departemen yang kuat di perusahaan.
6. Budaya kami adalah friendly dan kuat, tetapi jika tekanan datang mendorong maka kami akan menyelesaikan dengan sangat baik.
Data merupakan bagian paling penting di Amazon, khususnya hasil tes dari reaksi pelanggan terhadap perbedaan fitur dan desain situs. Bezos menyebutnya “ culture of metrics.”
7. Jika Anda ingin menemukan banyak penemuan, Anda harus berani untuk gagal.
“We are willing to go down a bunch of dark passageways, and occasionally we find something that really works.”
Pada awalnya perusahaan mempekerjakan banyak editor untuk menulis buku dan review musik lalu kami memutuskan menambahkan kritik pelanggan sebagai tambahan. Mencoba fitur auction/ pelelangan menjadi kegagalan kami. Bezos menganggap kegagalan adalah bagian dari perusahaan asalkan Amazon bisa belajar sesuatu yang berguna.
konsep kepemimpinan Jeff Bezos 8. Pada zaman dulu, Anda mencurahkan 30% dari waktu Anda untuk membangun layanan yang baik dan 70% waktu Anda untuk mempromosikannya. Pada zaman sekarang, hukum itu berlaku sebaliknya.
Biaya iklan Amazon termasuk sangat kecil untuk ukuran retailer. Bezos percaya cara marketing dari mulut ke mulut jauh lebih penting dalam zaman digital sekarang jadi dia cenderung menggunakan cara peningkatan proses secara  murah yang berarti membuat pelanggan senang lalu mereka akan memberi tahu orang lain.
9. Setiap orang harus bisa bekerja sebagai call center
Komplain bisa dengan mudah menghancurkan brand Anda pada zaman tweet dan blog sekarang. Bezos meminta ribuan manager Amazon, termasuk dirinya mengikuti training call center selama dua hari setiap tahun. Hasilnya : kerendahan hati dan empati kepada pelanggan Amazon.
10. “This is Day 1 for the Internet. We still have so much to learn.”
Bezos pertama kali melakukan pengamatan terhadap dunia internet pada tahun 1997 yang ada dalam surat awalnya kepada para pemegang saham Amazon. Dia tidak pernah beranjak dari itu walaupun ketika kantor utama Amazon merupakan bangunan terbesar di Day 1 North dan Day 1 South. Dalam wawancaranya Bezos masih mengatakan bahwa internet adalah dunia yang belum bisa dipetakan, tidak bisa dimengerti secara sempurna dan selalu bisa menimbulkan kejutan setiap saat.
11. Fokus pada value dari service Anda, jangan terlalu suka pada “hingar bingar” (shiny things)

There are always shiny things. A company shouldn’t get addicted to being shiny, because shiny doesn’t last. You really want something that’s much deeper-keeled. You want your customers to value your service. And there are companies that haven’t gone through tough times, so they’re not really tested. (Wired : Jeff Besoz own the web in more ways than you think”)
12. Jagalah reputasi Anda dengan selalu melakukan yang terbaik.
A brand for a company is like a reputation for a person. You earn reputation by trying to do hard things well
13. Dalam hiring, jadilah sangat pemilih
“I’d rather interview 50 people and not hire anyone than hire the wrong person.”
Bezos sangat pemilih dalam merekrut orang, dia menyadari culture yang hebat mengalir secara natural dari orang-orang yang Anda bawa dalam tim. Per April 2012, Amazon.com memiliki 56,000 yang merupakan orang-orang terbaik dan paling cemerlang.
14. Imitate
Menjadi unik adalah baik, tetapi lebih baik lagi kalau kita memberikan twist pada sesuatu yang sudah terbukti proven.
We watch our competitors, learn from them, see the things that they were doing for customers and copy those things as much as we can.
Don’t turn a blind eye to your competitors. Chances are they’re doing something you could learn from.
15. Grow Slow 
Berapa lama seharusnya sebuah startup mendapatkan profit ? Mungkin 6 bulan ?
Untuk Jeff Bezos dan Amazon.com, membutuhkan 6 tahun. Profitnya hanya $5 million dari revenue $1 billion.
Terdengar seperti cukup lama dengan margin yang kecil, tapi baik-baik saja menurut business plan Bezos yang bisa dibilang lambat. Bezos tidak terburu-buru mengambil profit karena ia ingin menjaga harga tetap murah.
Strategi ini membuat investor frustasi dalam jangka pendek tetapi terbayar dengan sangat besar ketika Amazon bisa survive dari bubble dot com dan mulai menghasilkan profit lebih besar dari tahun ke tahun.

DI PLEK DARI ALAMAT:..

Jika Tidak Siap Hadapi 4 Hal Ini, Jangan Mulai Bisnis Internet!


Editor’s note : Guest post ini ditulis oleh Andhika Wijaya Kurniawan, Managing Director of Success Professional Learning Center adalah seorang Internet Business Expert, Internet Business Coach, Trainer dan Consultant, telah sukses membantu setiap clients dalam memecahkan masalah dan mengembangkan bisnis baik online maupun offline dan membentuk branding di Internet.

Hai sahabat yang Luar Biasa,

Bisnis di Internet memang memiliki tantangan yang berbeda dengan bisnis secara Offline (konvensional) yang dimana dalam Bisnis di Internet Anda akan dihadapkan dengan seluruh pengunjung atau pengakses Internet dengan berbagai macam karakter serta berbagai macam tujuan (Netizen).
Banyak pelaku Bisnis di Internet (Online) dapat survive lebih dari 5 tahun dalam menjalani Bisnisnya melalui media Internet dan ada juga yang belum mencapai 2 tahun sudah bangkrut dan bahkan banting stir (beralih).
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa bermain dalam dunia Internet/Digital persaingan lebih ketat daripada bermain dalam dunia konvensional akan tetapi peluang dalam dunia digital lebih besar daripada peluang dalam dunia konvensional. Sebagai contoh simple adalah persaingan dalam segi harga bisa berbeda 30%-60% antara sesama Web Developer akan tetapi memiliki kualitas yang tentunya masing-masing berbeda juga.
Ada yang bilang jika ingin mulai bisnis internet (online) harus memiliki kreatifitas agar survive dan saya membenarkan hal itu. Dari beberapa klien yang konsultasi, rata-rata gagal dan bingung mengembangkan bisnisnya di internet bukan karena tidak mampu, akan tetapi tidak dapat menciptakan sesuatu yang menarik atau sesuatu yang membuat bisnisnya unik sendiri sehingga perputaran keuangan atau management keuangan tersendat. Berbeda jika Anda perhatikan orang yang menjalankan bisnisnya di internet dan sukses, mereka rata-rata memiliki program dan perencanaan yang sudah disusun dengan baik yang mampu menarik perhatian Netizen untuk penasaran membaca dan mengikuti bahkan membeli.
Dari kesimpulan tersebut, saya mendapatkan empat hal yang harus Anda siapkan jika ingin terjun dalam membangun dan menjalankan bisnis dengan media Internet (online). Jika tidak siap hadapi dengan empat hal ini, jangan mulai Bisnis Internet (Online).

Menghadapi Penipuan

Dalam bisnis apapun pastinya tidak lepas dari hal penipuan. Dalam konvensional mungkin Anda dapat mencegah dengan melakukan survey terlebih dahulu atau meetup dengan calon pembeli. Akan tetapi dalam bisnis di internet, yang Anda lakukan adalah nekad untuk percaya membeli sebuah produk atau memesan jasa yang ditawarkan. Jika tidak siap, maka jangan pernah terjun dalam dunia digital.
Penipuan dalam dunia digital terhadap Netizen dapat terjadi karena sebuah faktor X yang dimana X tersebut adalah keuangan dan kebutuhan. Sebagai contoh simple, di facebook Anda pasti sering melihat penawaran gadget maupun smartphone dengan harga yang murah meriah daripada distributor resmi dengan alasan produk tersebut adalah black market. Dengan harga murah yang ditawarkan berarti sudah masuk dalam faktor Keuangan, sedangkan gadget adalah salah satu faktor kebutuhan yaitu gaya hidup. Jadi jangan heran jika banyak Netizen yang tergiur dengan harga murah sebuah gadget tanpa memikirkan perbandingan harga terhadap distributor resmi sebuah gadget mapun harga penjualan resmi yang dimana hampir mustahil untuk 50%- 65% lebih murah.

Menghadapi Kompetitor

Dalam bisnis apapun juga pasti memiliki persaing (kompetitor) yang dimana dalam bisnis ada dua jenis kompetitor yang saya andaikan sebagai berikut:
  • Kompetitor Sehat
  • Kompetitor Sakit
Kompetitor Sehat, biasanya adalah kompetitor yang bersaing dengan cara yang baik sesuai dengan etika bisnis. Dimana type kompetitor ini bersaing bukan dengan harga tapi bersaing secara kualitas baik dari segi layanan maupun jasa/produk.
Kompetitor Sakit, biasanya adalah kompetitor yang bersaing dengan cara menjatuhkan melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan etika bisnis. Dalam dunia digital, kompetitor sakit atau tidak sehat biasanya akan melakukan atau membuat sebuah blog baru dengan statement yang menjatuhkan Anda. Jika ini terjadi, yang harus Anda lakukan adalah mempertahankan kualitas layanan dan produk/jasa kepada calon konsumen. Sedangkan dalam dunia konvensional, biasanya kompetitor sakit atau tidak sehat ini menggunakan berbagai macam cara untuk menjatuhkan Anda baik dengan fitnah, black magic dan sebagainya.
Dalam facebook, saya pernah berbagi quote yang isinya sebagai berikut:
If you have competitors in business, it’s mean you will learn and grow your business. Another benefit is you will learn about your self Passion to turn your business become better” (Bahasa Indonesia: “Jika Anda memiliki kompetitor dalam bisnis, itu berarti Anda akan belajar dan bisnis Anda berkembang. Keuntungan lainnya adalah Anda akan belejar tentang Passion Anda untuk menjadikan bisnis Anda lebih baik”).
Jadi jika Anda tidak siap dengan kehadiran dua type kompetitor tersebut, maka jangan pernah terjun dalam dunia digital.

Menghadapi Kegagalan

Jika tidak salah, Bob Sadino pernah berkata, “Semakin banyak Anda mengalami Kegagalan, maka semakin cepat Anda akan Sukses/Berhasil” dan saya setuju dengan statement beliau akan tetapi banyak orang yang salah menanggapi statement tersebut. Dalam dunia Bisnis Internet (Online) banyak yang menyerah ketika dalam jangka waktu dua tahun tidak menghasilkan dan akhirnya menutup usaha beserta domain yang sudah dijalani lebih dari satu tahun tersebut.
Kesalahan banyak orang dalam menanggapi statement tersebut biasanya terletak di “Gagal berarti jangan menyerah dan mengulang lagi agar dapat berhasil” yang padahal dari kegagalan adalah supaya kita dapat belajar dari kesalahan dan memperbaiki hal yang salah tersebut untuk di praktekan kembali.
Sebagai contoh kesalahan statement yang paling sering saya lihat adalah ketika seseorang menjalankan toko online dan sepi pengunjung, maka dia membuat domain yang baru dengan menjual produk yang sama dan cara yang sama juga. Jika dilakukan terus menerus tanpa evaluasi kesalahan, maka berapa banyak pun toko online yang dibuat, hasilnya akan sama saja.
Berbanding balik dengan orang yang berhasil menjalankan bisnisnya di internet dan menghasilkan jutaan bahkan ratusan juta dengan proses jatuh bangun (kegagalan) yang dijalankan. Mereka lebih cenderung belajar, evaluasi kesalahan yang pernah dilakukan dan memperbaiki kembali dengan berusaha tanpa menutup usaha yang sedang dijalankan (konsistensi).
Kegagalan umum atau permasalahan umum dalam bisnis internet (online), biasanya bukan karena produk atau jasa yang ditawarkan melainkan kurangnya promosi dan management keuangan.
Kebanyakan pemula (awam) berpikir cukup melakukan promosi satu kali kemudian calon konsumen/pembeli akan datang dan ini adalah kesalahan umum yang sering terjadi selain kesalahan dalam pengaturan/management keuangan.
Saya harap rekan-rekan tidak melakukan kesalahan ini.
Kesalahan lainnya yang fatal adalah terlalu mengandalkan diri sendiri daripada menggunakan seseorang atau memperkerjakan seseorang untuk menutupi kelemahannya. Di dunia digital, ada banyak sekali outsource yang dapat Anda gunakan untuk membantu mengembangkan bisnis yang Anda jalankan melalui media Internet. Sebagai contoh, jika Anda tidak dapat melakukan management keuangan untuk promosi, Anda dapat mencari sebuah agensi iklan untuk membantu manage pengeluaran/budget iklan Anda. Contoh lainnya, jika Anda tidak paham bagaimana cara meningkatkan brand dan profit, Anda bisa mencari sebuah agensi atau pun jasa yang mampu membantu Anda dalam melakukan hal itu.
Jadi jika Anda tidak siap menghadapi kegagalan dan berani memperbaikinya, maka jangan pernah terjun dalam dunia digital.

Menghadapi Diri Sendiri

Ini adalah hal yang tersulit yang banyak menjadi keluh kesah pelaku bisnis di internet. Terkadang permasalahan dalam menghadapi diri sendiri bukan berasal dari dalam diri melainkan lingkungan sekitar. Akan tetapi apapun permasalahan yang diberikan oleh lingkungan sekitar Anda dikembalikan lagi kepada diri Anda sendiri.
Pemikiran Bisnis Internet (Online) yang melekat dalam pemikiran beberapa masyarakat di Indonesia khususnya pemula (awam) adalah bekerja dari rumah, kapan pun dan dimanapun. Atau yang lebih parahnya adalah memiliki pemikiran “duduk, diam dan uang mengalir”. Pemikiran bekerja dari rumah, terkadang mampu memberikan atau mengeluarkan “perasaan malas” dalam diri. Walaupun tidak semunya seperti itu, akan tetapi secara umumnya hal ini terjadi. Karena itu dalam menjalankan Bisnis Internet (Online) harus memiliki komitmen dan konsisten dalam diri yang dimana bukan hanya sekedar menjalankan melainkan mampu mengembangkan.
Jika merasa terganggu dengan keadaan dalam rumah, maka komitmen untuk mengembangkan dengan menyewa sebuah kantor yang dimana Anda bisa tetap konsisten bahkan konsentrasi menjalankan bisnis Anda dengan media Internet. Contoh lainnya adalah jika Anda tetap ingin menjalankan dari rumah akan tetapi tidak ingin ada rasa malas, maka jangan pernah bekerja di dalam kamar. Siapkan satu ruangan untuk Anda bekerja atau menjalankan bisnis Anda di Internet. It’s simple kan?.
Jadi jika Anda tidak siap untuk menghadapi kekurangan dalam diri Anda sendiri, maka jangan pernah terjun dalam dunia digital.
Semoga artikel yang saya bagikan tentang “Jika tidak siap hadapi dengan empat hal ini, jangan mulai Bisnis Internet (Online)” dapat memberikan motivasi dan manfaat bagi Anda.

DI PLEK DARI ALAMAT:.,.
http://startupbisnis.com/jika-tidak-siap-hadapi-4-hal-ini-jangan-mulai-bisnis-internet-by-andhikawijaya/

Kenapa Personal Relationship Sangat Berpengaruh untuk Anda


Editor’s Note : Artikel ini ditulis oleh Reid Hoffman, founder Linkedin dan dipublish di Linkedin.

Tidak perduli seberapa bagus pemikiran atau strategi Anda,  jika bermain solo, Anda akan selalu kalah terhadap sebuah tim.
Relationship berpengaruh karena orang-orang yang menghabiskan waktu bersama Anda akan membentuk siapa Anda sekarang dan nanti. Behavior and beliefs are contagious
Cara tercepat untuk mengubah diri Anda adalah dengan berkumpul bersama orang-orang yang memiliki sifat yang ingin Anda miliki.
Riset menunjukkan bahwa sebuah tim dalam dunia bisnis cenderung memiliki performa sama setingkat dengan anggota tim yang paling jelek
Walaupun Anda sadar bahwa akan tetap dalam versi beta selamanya, atau perusahaan Anda sudah menghasilkan sebuah competitive advantage, atau Anda sudah mengantisipasi apapun yang terjadi terhadap karir Anda  – walaupun Anda sudah melakukan semua itu, jika ANDA MELAKUKANNYA SENDIRIAN, Anda tidak akan bisa mencapai potensi maksimum dari tujuan Anda.
Para profesional kelas dunia membangun jaringan untuk membantu mereka dalam menghadapi dunia. Tidak perduli seberapa bagus pemikiran atau strategi Anda,  jika bermain solo, Anda akan selalu kalah terhadap sebuah tim. Para atlit membutuhkan pelatih, anak yang cerdas membutuhkan orang tua dan guru, para sutradara membutuhkan produser dan aktor, politisi membutuhkan penyandang dana dan pembuat strategi, ilmuwan membutuhkan partner di lab dan mentor. Ben membutuhkan Jerry. Steve Jobs membutuhkan Steve Wozniak.
Tentunya terlihat bahwa kerjasama tim menghasilkan sesuatu yang lebih baik di dunia startup. Hanya sedikit startup yang didirikan oleh satu orang. Semua orang dalam komunitas entrepreneur setuju bahwa menciptakan tim yang bertalenta adalah hal yang sangat penting.
Sama seperti entrepreneur yang selalu merekrut dan membangun tim yang berisi orang-orang hebat, Anda juga harus selalu berinvestasi dalam profesional network untuk mengembangkan startup yang menjadi karir Anda.
Secara sederhana, jika Anda ingin mempercepat perkembangan karir Anda, Anda membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain.
Hubungan dengan orang lain sangat penting untuk karir Anda, tidak perduli organisasi apapun yang Anda ikuti atau tingkat senioritas Anda, karena setiap pekerjaan pada akhirnya mengharuskan interaksi dengan orang lain. Faktanya, kata “company” berasal dari bahasa Latin cum dan pane yang artinya ‘mematahkan roti bersama-sama.’ Bahkan kalau Anda adalah seorang  solo software developer, Anda harus tetap bekerjasama dengan orang lain pada titik tertentu, jika ingin membuat produk yang benar-benar akan digunakan orang lain. Amazon, Boeing, UNICEF, dan Whole Foods, semuanya merupakan organisasi yang berbeda, tapi semuanya adalah people organization. “People”-lah yang mengembangkan teknologi, menulis perencanaan, dan berdiri di balik logo perusahaan.
People adalah sumber daya utama
Sebagai contoh, pertemanan yang sudah berlangsung lama antara saya dan Peter Thiel, yang dimulai sejak kuliah, adalah hal yang menghubungkan saya dengan PayPal. Tanpa hubungan ini, Peter tidak akan pernah menghubungi saya tentang kesempatan yang bisa mengubah hidup saya itu. Sama halnya saat saya mereferensikan Sean Parker dan mark Zuckerberg pada Peter saat masa-masa awal pendanaan Facebook. Dalam aliansi seperti itu, sumber daya mengalir dari kedua belah pihak.
People juga bertindak sebagai gatekeeper. Jeffrey Pfeffer, professor dalam bidang organizational behavior di Stanford, menemukan fakta yang menunjukkan bahwa dalam hal promosi, hubungan yang kuat dan baik dengan bos Anda lebih berpengaruh dibandingkan dengan kompetensi. Ini bukan tentang nepotisme atau politik (walau kadang memang benar). Ada penjelasan yang bagus: seseorang yang kurang berkompetensi tapi berhubungan baik dengan orang lain dan berkontribusi dalam sebuah tim bisa berpengaruh lebih baik pada perusahaan daripada seseorang yang 100 persen kompeten tapi tidak bisa bekerja dalam tim.
Akhirnya, relationship berpengaruh karena orang-orang yang menghabiskan waktu bersama Anda akan membentuk siapa Anda sekarang dan nanti. Behavior and beliefs are contagious, Anda bisa dengan mudah “menangkap” keadaan emosional teman Anda, mengikuti aksi mereka, dan menyerap nilai-nilai yang mereka miliki seolah-olah menjadi milik Anda. Jika teman Anda merupakan orang-orang pekerja keras, kemungkinan Anda juga memiliki sifat yang sama. Cara tercepat untuk mengubah diri Anda adalah dengan berkumpul bersama orang-orang yang memiliki sifat yang ingin Anda miliki.
Di samping fakta bahwa tidak ada hal penting yang dilakukan sendirian, kita masih hidup dalam budaya yang mengagungkan “hero”. Jika Anda melakukan survey tentang kenapa perusahaan seperti General Electric bisa sebesar sekarang, maka kemungkinan Anda akan mendengar tentang Jack Welch, tapi tidak sedikitpun tentang tim yang dia bangun. Serta jika Anda bertanya tentang cerita karir seseorang seperti Jack Welch, maka Anda akan mendengar bahwa dia bisa mencapai puncak karena kerja keras, kepandaian, dan kreativitas.
Umumnya, segala jenis atribut individual membumbui penjelasan tentang kesuksesan seseorang. Buku-buku yang menjanjikan perubahan hidup masuk dalam rak “self-help”. Seminar yang menjanjikan untuk mengajarkan cara menjadi sukses dikategorikan dalam personal development. Sekolah bisnis jarang mengajarkan kemampuan relationship building. Semuanya tentang saya, saya dan saya. Kenapa kita jarang membicarakan tentang teman, sekutu, dan kolega yang membentuk diri kita sekarang?
Sebagian karena cerita tentang orang yang membangun kesuksesannya sendiri merupakan cerita yang menarik
Cerita yang bagus memiliki awal, tengah, dan akhir, serta drama, penyebab masalah, seorang pahlawan, dan seorang penjahat. Lebih mudah menceritakan sesuatu dengan mengabaikan pemeran yang lain. ”Superman dan 10 rekannya” lebih sulit diucapkan jika dibanding ”Superman.” Kita terus menceritakan cerita seperti ini sejak berabad-abad lalu. Benjamin Franklin sendiri menciptakan dengan indah Autobiografinya sendiri sebagai sebuah pelajaran penting tentang self-making. Orang Amerika cenderung menyukai cerita tentang self-made-man karena mereka adalah negara yang memiliki idola seperti John Wayne dengan individualismenya.
If you study the life of any notable person, you’ll find that the main character operates within a web of support
Tapi narasi yang ada cenderung terlalu menyederhanakan kenyataan. Faktanya, jaringan yang dimiliki Benjamin Franklin berpengaruh besar dalam kehidupan dan kesuksesannya. Sama halnya saat Anda mempelajari tentang kehidupan seorang tokoh terkemuka, Anda akan menyadari bahwa tokoh utamanya beroperasi dalam jaringan dukungan orang lain. Sangat menyenangkan untuk berpikir bahwa kita adalah satu-satunya pahlawan dalam cerita kehidupan kita, tapi kita berada di tengah-tengah kota, perusahaan, keluarga, dan masyarakat umum, sejumlah besar orang-orang yang membentuk, membantu, dan kadang menyakiti diri kita. Mustahil untuk memisahkan seseorang dari lingkungannya. Tidak ada cerita tentang prestasi seseorang yang boleh dipisahkan dari konteks sosial yang lebih luas.
Cerita tentang seseorang yang sukses sendirian mungkin hanya sebuah mitos, tapi pepatah tentang -There is no “I” in “team” -  juga salah. Tentu ada “saya” dalam sebuah “tim”. Sebuah tim terdiri dari individu-individu yang memiliki kelebihan dan kemampuan masing-masing. Michael Jordan membutuhkan timnya, tapi tidak ada yang akan membantah bahwa dia lebih krusial untuk kesuksesan Chigaco Bulls jika dibandingkan dengan rekan satu timnya, dan satu “apel busuk” dalam tim yang sama kuatnya bisa merusak permainan keseluruhan tim. Riset menunjukkan bahwa sebuah tim dalam dunia bisnis cenderung memiliki performa sama setingkat dengan anggota tim yang paling jelek. Talenta individual dan kerja keras Anda mungkin tidak cukup untuk mencapai kesuksesan, tapi tentunya sangat dibutuhkan.
Versi yang berbeda tentang kesuksesan adalah seorang individu dan tim berpengaruh. “Saya” saja atau “Kita” saja adalah pilihan yang salah. Keduanya harus dimiliki. Kesuksesan karir Anda tergantung pada kemampuan individu dan kemampuan jaringan yang Anda miliki untuk memperbesarnya.
Bayangkan “Saya (I)” dipangkat dengan “Kita (We)”. Kekuatan seorang individu ditingkatkan secara eksponen dengan bantuan dari sebuah tim (jaringan). Tapi sama halnya dengan 0 dipangkat dengan 100 manghasilkan nol, tidak ada tim tanpa individual di dalamnya.

DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/kenapa-personal-relationship-sangat-berpengaruh-untuk-anda/

Enjoying the Journey! Pemahaman Tentang Passion dan Purpose


Editor’s note : Sebagai entrepreneur startup, Anda membutuhkan dosis passion yang sangat tinggi, karena entrepreneurship banyak menghadapi jatuh bangun.  Salah satu pattern yang saya lihat dari entrepreneurship adalah founder yang baik adalah seorang expert di bidang yang mereka cintai – karena mereka mencintai bidangnya, mereka bukan lagi “termotivasi” tetapi “terobsesi”. Celakanya banyak orang di luar sana mengatakan “Anda tidak bisa menghasilkan uang dengan melakukan apa yang Anda sukai !” Rekan kami Johny Gunawan memiliki tips yang baik terkait hal ini di sini di mana Anda harus menggabungkan What you do well + What you love + What the world needs + What the world will pay for. Berikut ini adalah postingan dari Steve Pavlina tentang “Enjoying The Journey” yang bisa membantu Anda mendefinisikan passion Anda.

Anda harus mengarahkan passion Anda sedemikian rupa sehingga Anda dapat memberi makan diri Anda sendiri.
Fokus pada skill terbaik yang Anda miliki memastikan Anda bekerja secara efisien.
Jika Anda bekerja sangat keras untuk meraih semua tujuan Anda tetapi tidak menikmati perjalanannya, Anda berarti sedang menunda esensi kehidupan.
Berkomitmen pada tujuan Anda bukan berarti Anda menjadi budak di tempat kerja yang Anda tidak sukai tetapi Anda harus bisa merayakan destinasinya. Komitmen yang sebenarnya yaitu Anda mencintai apa yang Anda lakukan setiap hari. Anda setidaknya antusias terhadap hasil yang ingin Anda raih. Jika Anda mencintai journey untuk meraih tujuan Anda, passion akan memotivasi Anda untuk terus mengambil langkah berikutnya.
Tetapi passion sendiri tidaklah cukup.
Passion memerlukan arahan yang terfokus dan arahan tersebut harus meliputi 3 hal berikut : Purpose (tujuan) Anda, bakat (talent) Anda, dan needs(kebutuhan) Anda.
Pertama, purpose(tujuan) dan passion(gairah) berjalan beriringan. Jika Anda tidak tahu purpose(tujuan) hidup Anda maka passion Anda tidak bisa dibimbing dengan kesadaran Anda sendiri. Banyak penjahat kriminal yang melakukan ini – mereka sangat memiliki passion terhadap tindakan tertentu, tetapi tindakan ini tidak dimotivasi oleh purpose yang baik.
Ketika passion dan tujuan terpaku pada arah yang sama, ini artinya Anda telah jatuh cinta pada “path of service”. Anda mencintai apa yang Anda lakukan dan ini juga akan memberikan konstribusi positif kepada dunia. Sinergi tercipta ketika Anda melakukan sesuatu hal yang Anda sukai DAN  Anda tahu bahwa Anda bisa membuat perbedaan pada hal tersebut.
Kedua, passion harus dibarengi dengan talent (bakat) atau skill (kemampuan). Passion dapat membawa Anda jauh lebih baik, tetapi cukup banyak orang yang memiliki passion tetapi tidak berkompeten , namun passion mereka tidak cukup untuk menyelamatkan mereka. Pernahkah Anda bertemu orang yang sangat bersemangat terhadap suatu ide tetapi tidak menindaklanjutinya?
Kabar baiknya adalah talent (bakat) Anda dapat dikembangkan – Anda dapat mengedukasi diri Anda untuk belajar pengetahuan dan keterampilan yang baru. Namun tujuan utamanya di sini yaitu untuk menemukan di mana bakat terbesar Anda. Bakat atau skill apa yang jika serius Anda kembangkan,bisa menjadi sangat kuat bagi Anda? Anda mungkin memiliki beberapa jawaban, tapi jawaban mana yang bisa bersatu dengan passion Anda? Ketika Anda melakukan apa yang Anda sukai DAN Anda menjadi sangat baik dalam hal tesebut, passion Anda akan meningkat dan hasilnya akan lebih baik.
Ketiga, passion harus digabung dengan needs (kebutuhan). Paling tidak, Anda harus mengarahkan passion Anda sedemikian rupa sehingga Anda dapat memberi makan diri Anda sendiri. Tetapi jika Anda menguasai campuran passion, purpose dan talent / skill, maka tidak akan terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan Anda bahkan untuk mencapai kesuksesan secara finansial.
The key to fulfillment is to work from your greatest strengths, with passion, in the service of purpose “Kunci untuk mencapai hal tersebut yaitu bekerja dari kekuatan terbesar Anda, dengan passion, dalam mencapai tujuan”
Fokus pada skill terbaik yang Anda miliki memastikan Anda bekerja secara efisien. Menjadi seseorang yang memiliki passion atas apa yang Anda lakukan berarti Anda akan bekerja keras mengerjakannya. Menjalankan purpose (tujuan) dari diri kita artinya Anda berkontribusi dan membuat perbedaan nyata dalam kehidupan orang lain. Ketika melakukan ketiga-tiganya, Anda berkontribusi secara maksimal, sebisa mungkin yang bisa Anda lakukan, dan apabila Anda tidak dapat menghasilkan pendapatan yang fantastis pun, Anda juga tidak  dapat menghasilkan lebih baik lagi dalam melakukan hal lain. Ini adalah definisi dari “value.” Justru hal ini membuat orang-orang berkeinginan membayar Anda.
Saya percaya bahwa setiap orang dapat menemukan area di mana lingkaran passion, purpose, talent / skill dan needs (kebutuhan) saling tumpang tindih.
Cara terbaik untuk memulai yaitu dengan mendengarkan hati nurani Anda. Setelah Anda tahu, Anda bergerak ke passion dan talent, masing-masing memiliki banyak kemungkinan. Mungkin “hal yang Anda sukai” dan “hal yang Anda sangat baik di dalamnya” berada dalam daftar yang berbeda. Rinci tiap kategori. Kemudian luangkan waktu untuk merenungkan area yang tumpang tindih tersebut, antara tujuan, passion, dan talent/skill. Ingat bahwa talent dapat diganti dengan pendidikan tambahan dan pengembangan keterampilan.
Bila Anda menemukan area yang tumpang tindih antara purpose, passion, dan talent/skill, kebutuhan cenderung cukup mudah untuk dipenuhi. Ketiga area pertama ini dapat menjadi karir yang potensional. Berikut cara lain untuk memahaminya :
Needs (Kebutuhan) = Apa yang wajib Anda lakukan
Talent / Skill (Bakat/Kemampuan) = Apa yang bisa Anda lakukan dengan baik
Passion (Gairah) = apa yang Anda suka lakukan
Purpose (Tujuan) = apa yang harus Anda lakukan
Banyak orang melihat 4 area ini sebagai konflik. Berapa kali Anda mendengar orang-orang pesimis mencemooh Anda seperti “Anda tidak bisa menghasilkan uang (needs/kebutuhan) dengan melakukan apa yang Anda sukai (passion) !”
Nonsense.
Saya percaya setiap orang dapat menemukan jalannya sendiri dengan keempat area selaras ini. Anda dapat menemukan cara untuk bekerja dengan kekuatan terbesar Anda, melakukan apa yang Anda sukai sebagai tujuan mulia, dan mengurus semua kebutuhan dasar Anda – bahkan sampai berlimpah.
Tetapi langkah pertama adalah keputusan untuk melakukannya. Memutuskan bahwa hidup Anda cukup layak untuk mendapatkan keempat area yang bekerja bersamaan ini. Anda tidak harus jatuh terlebih dahulu dalam melakukan apa yang Anda sukai. Anda tidak harus bekerja pada pekerjaan yang Anda benci. Anda tidak harus melihat kontribusi yang berarti sebagai sesuatu yang sinkron dengan realita sehari-hari Anda.
Luangkan waktu untuk merenungkan karir seperti apa, hidup seperti apa, yang memungkinkan Anda untuk menempatkan keempat area tersebut secara harmonis sehingga semuanya menunjuk pada satu arah. Tidak ada konflik. Percayalah hal ini dapat dilakukan.

DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/enjoying-the-journey-pemahaman-tentang-passion-dan-purpose/

Bagaimana Young Entrepreneur Me-Manage Karyawan

Pertengahan Oktober 2012, tim Startupbisnis sedang menghadari event Hackaton TechinAsia, setelah event tim kami dan beberapa rekan dari Hackerspace Bandung, Cacoo, Makemac, Wowrack dan Touchten ngumpul untuk unofficial afterparty kecil-kecilan. Tidak lupa kami juga menyempatkan diri bertemu beberapa follower startupbisnis di Bandung untuk kenalan dan mendengarkan masukan mereka untuk startupbisnis juga menanyakan apakah ada yang bisa dibantu.
Salah follower yang kami temui , merupakan young entreprneur yang masih sangat muda, kelas 3 SMA, menanyakan situasi yang menarik :
Karyawan di restoran kami yang usianya jauh lebih tua dari kami sering datang terlambat, sering meninggalkan pekerjaan di jam-jam ramai, apa yang harus kami lakukan?
Kebetulan di samping kami ada beberapa rekan yang bisa “diseret” untuk memberikan masukan. Berikut ini jawaban dari Rudy Setiawan, Global Business Development dari Wowrack.
Pertama kali, “listening” dulu sebelum memberikan teguran, tanya sebabnya apa ?  Kenapa ia begitu ? Dengarkan dulu pendapat dari sisinya dia. Belum tentu apa yang kita pikirkan tentang dia benar 100%.
Yang ke-dua, buat kesepakatan.
Membuat kesepakatan adalah hal yang biasa dilakukan ketika menerima karyawan baru dan diingatkan kembali saat ia melakukan pelanggaran. Kesepakatan yang dibuat adalah hal-hal seperti jam kerja, load kerja dan ketentuan-ketentuan detil lainnya yang dianggap penting.
Yang ke-tiga, beri batas peringatan 3x.
Kita menyampaikan pada karyawan bahwa setiap dia melakukan pelanggaran, apabila dirasa perlu kita akan memberikan peringatan dan apabila peringatan sudah sampai yang ke-3 berarti sudah saatnya ia mencari pengganti. Namun diusahakan ia tidak melakukan pelanggaran sampai 3x.
Di ruang itu, kebetulan juga ada Tyohan dari Hackerspace Bandung, yang memberikan saran kepada seorang entrepreneur muda di depan saya, kurang lebih seperti ini :
Lulus kuliah adalah hal yang penting untuk entrepreneur. Karena sebagai entrepreneur, akan penting untuk membangun partnership dengan pihak lain yang bonafit, sering kali calon partner kita saat ngobrol-ngobrol menanyakan “kamu kuliah di mana?” akan berbeda mimik wajahnya ketika kita menjawab “kuliah di ITB” dengan “kuliah di Universitas Maju Mundur” hal penting lainnya dari universitas adalah belajar bertanggung jawab dan membangun mindset sebagai seorang profesional entrepreneur.
Semoga bermanfaat untuk rekan-rekan.

DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/bagaimana-young-entrepreneur-me-manage-karyawan/

Inovasi Dihasilkan dari Adu Argumentasi, Bukan Hanya Brainstorming

Editor’s note : Daniel Sobol adakah design strategist di Continuum, perusahaan konsultan inovasi dan design product

Kita membutuhkan tempat di mana seseorang akan melempar idenya dan orang lain akan memberikan kritik tetapi orang tersebut tidak merasa dihakimi

Di Continuum, rahasia inovasi adalah “diskusi konsultatif” atau biasa disebut deliberative discourse. Di bawah ini bagaimana Anda juga bisa melakukannya.
Brainstorming muncul sebagai cara untuk memunculkan ide sejak tahun 1940 namun ternyata brainstorming bukan cara terbaik untuk mendapatkan inovasi. Jonah Lehrer dalam artikelnya di The New Yorker dan Susan Cain dalam buku barunya Quiet menegaskan bahwa brainstorming bukan merupakan cara terbaik untuk mendapatkan inovasi. Ilmuwan menunjukkan bahwa brainstorming dapat mengaktifkan rasa takut neurologis akan penolakan dan ide dari sekelompok orang yang brainstorming juga tidak selalu lebih kreatif dibandingkan ide dari seorang individu. Brainstorming sebenarnya bisa menghambat munculnya ide yang bagus.
Tetapi brainstorming memang bertujuan untuk berinovasi, untuk berinovasi kita membutuhkan lingkungan yang mendukung imajinasi dan sebuah tempat di mana kita bisa mengeluarkan banyak ide gila, ide-ide dengan perspektif berbeda atau bahkan ide buruk di antara ide baik. Kita perlu bekerja secara kolaboratif dan secara individu. Kita juga membutuhkan waktu berdiskusi yang cukup bahkan berdebat. Kita membutuhkan tempat di mana seseorang akan melempar idenya dan orang lain akan memberikan kritik tetapi orang tersebut tidak merasa dihakimi yang mengakibatkan dia menjadi defensive dan mematikan idenya. Namun proses ini tidak disupport oleh prinsip – prinsip brainstorming tradisional yang lebih mementingkan kolaborasi kelompok dan semua ide yang muncul akan dianggap sama tanpa penilaian.
Tetapi apabila tidak dengan brainstorming, dari mana kita bisa mendapatkan ide yang bagus?
Di Continuum, kami menggunakan “deliberative discourse” atau biasa kita sebut “Debat dan Diskusi” atau “diskusi konsultatif.” Cara ini pertama kali diciptakan oleh Aristoteles. Cara ini lebih menekankan pada komunikasi partisipatif dan komunikasi kolaboratif (tetapi bukan berarti tanpa kritikan). Berbagai posisi dan pandangan memberikan pendapat dengan pengertian akan satu tujuan yang ingin dicapai. Tidak ada hirarki dalam diskusi tersebut. Ini juga bukan merupakan debat karena tidak ada dua bagian yang berlawanan untuk menang. Tetapi lebih pada bekerja bersama untuk memecahkan suatu masalah dan membuat sebuah ide baru.
Jadi kami berdebat lalu berdiskusi kemudian berdebat lagi itulah yang kami lakukan. Tetapi proses diskusi kami bebas dari teriakan dan pertengkaran.
Di bawah ini 5 kunci utama agar bisa menciptakan diskusi yang baik dan pada akhirnya memunculkan ide yang brilian
1. Hilangkan hirarki dan struktur
Menghapuskan hirarki merupakan kunci penting dalam diskusi dan perdebatan. Sangat penting untuk menciptakan tempat dimana semua orang bisa berkontribusi di dalamnya. Pada minggu pertama saya di Continuum, saya bergabung dalam tim yang terdiri dari 3 orang diantaranya satu senior dan satu kepala strategik. Dalam tim tersebut, saya merupakan anggota termuda.
Dalam sesi pertama, kepala strategic melihat saya dan berkata,”Anda seharusnya tahu Anda tidak bekerja apabila Anda tidak membantah saya minimal sekali sehari.” Dia memberikan izin saya untuk mengeluarkan pendapat saya secara terbuka, tanpa memperhatikan senioritas. Tidak adanya hirarki membuat ruang di mana ide bisa ditemukan dan mendapatkan tantangan dari setiap orang tanpa ketakutan di dalamnya.
2. Katakan “Tidak, KARENA …”
Pada umumnya, kesuksesan brainstorming bergantung pada penerimaan dari semua ide dan tidak adanya penilaian di dalamnya. Banyak aturan pada brainstorming yang memicu orang berkata “Ya, DAN…” yang bertujuan untuk menambahkan ide orang lain. Dulunya saya juga seperti itu, saya selalu mengatakan “Ya, DAN … ”.
Tetapi sekarang saya juga suka mengatakan “Tidak, KARENA …”. Perkataan “tidak” merupakan bagian dari proses diskusi, tetapi apabila Anda ingin mengatakan tidak, maka Anda wajib mengutarakan alasannya. Mempersiapkan alasan dari sebuah perkataan “Tidak” merupakan bagian dari diskusi yang konsultatif. Dan alasan yang diberikan harus bisa mewakili orang banyak dan bukan dari ego sendiri.
Selama diskusi mengenai ide, kami kembali berfokus pada orang, dengan bertanya satu per satu jika ide kami sudah memberikan solusi atas kebutuhan yang mereka butuhkan atau masalah yang kami lihat. Ini yang mempertahankan kami tetap dapat dipercaya akan suatu hal dibandingkan dengan ide berdasarkan diri sendiri, dan itu berarti kami bisa men-challenge ide rekan kerja tanpa membawanya ke ranah personal.
3. Sudut pandang yang bervariasi
Kita semua pernah mendengar mengenai teori “ T-shaped people” dan membangun tim dengan disiplin ilmu yang berbeda. Model ini bekerja pada kami karena deliberative discourse membutuhkan sudut pandang berbeda untuk membentuk sebuah ide.
Kami membentuk tim yang mempunyai anggota yang bervariasi: Anda bisa berjalan ke ruangan project dan Anda bisa menemukan seorang seniman berubah menjadi orang strategik, seorang profesor Inggris menjadi ahli inovasi secara bersamaan. Dan sebenarnya background saya adalah dalam bidang seni teater dan antropologi.
Ketika kami masuk dalam deliberative discourse, perdebatan dan diskusi setiap orang membawa pandangan berbeda dalam melihat masalah dan menyelesaikan masalah dalam sebuah diskusi.
4. Fokus pada tujuan
Sebuah diskusi konsultatif bukan hanya perdebatan untuk mempertahankan alasan.  Argumen akan menjadi lebih produktif untuk kami apabila semua orang mengerti bahwa kami bekerja untuk sebuah tujuan yang sama.
Kami menuliskan sebuah kalimat tujuan dari setiap projek dan kami menempelkannya pada pintu ruangan projek. Setiap hari ketika kami melewati ruang itu, kami akan baca dan kemudian masuk ke ruangan tersebut yang kami sebut “playing field”.
Tujuan yang ditetapkan bertujuan untuk mengingatkan kami bahwa kami bekerja bersama untuk menuangkan semua ide dalam projek tersebut. Semakin banyak kami berdebat dan berdebat, apapun yang terjadi dalam ruangan tersebut selalu bertujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Ini memungkinkan kami untuk berdebat dan berdiskusi tanpa menyakiti hati orang lain.
5. Ciptakan suasana yang menyenangkan
Kami mengerjakan projek dari bank skala global hingga perusahaan medis untuk menyelamatkan orang miskin. Pekerjaan kami membutuhkan kekuatan, perhatian dan ketelitian. Tetapi bagaimanapun sudah merupakan hal alami bagi kami dalam mengerjakan sebuah projek, kami selalu membuatnya menjadi menyenangkan. Sangat langka apabila Anda bisa melihat kami menghabiskan waktu satu jam tanpa adanya suara tertawa dari ruang projek. Sebuah diskusi konsultatif merupakan salah satu bentuk permainan, dan kami bermain untuk mencari ide brilian, tetapi kami juga harus menganggapnya serius.

DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/inovasi-dihasilkan-dari-adu-argumentasi-bukan-hanya-brainstorming/

Sifat Penting dari Setiap Entrepreneur Besar : Irrational Optimism


To perform to your maximum you have to teach yourself to believe with an intensity that goes way beyond logical justification. No top performer has lacked this capacity for irrational optimism; no sportsman has played to his potential without the ability to remove doubt from his mind. – Arsene Wenger

Sukses memungkinkan dicapai tanpa modal, rencana bisnis, rencana pemasaran, atau bahkan ide yang bagus – tapi tidak bisa tanpa bahan utama ini.
Pikirkan tentang kunci keberhasilan bisnis: Modal dalam jumlah banyak. Sebuah rencana bisnis yang komprehensif. Sebuah analisis pasar yang mendalam. Tim yang luar biasa.
Masing-masing dari hal di atas sangat penting. Tapi ada satu sifat penting yang dimiliki setiap pengusaha sukses:
Optimisme yang irasional.
Kenapa? Untuk menjadi sukses, Anda harus menerima keyakinan dan menyingkirkan keraguan dalam diri Anda: pemikiran bahwa Anda tidak cukup pintar, berdedikasi, beradaptasi, atau secara singkat : singkirkan perasaan bahwa apapun yang Anda lakukan, Anda tidak akan berhasil.
Seringkali orang lain tidak cukup membantu. Keluarga dan teman-teman cenderung mencari celah dalam ide-ide Anda, bukan karena mereka ingin mendemotivasi Anda tetapi karena mereka peduli tentang Anda dan tidak ingin melihat Anda gagal.
Jarang ada orang yang mengatakan, “Hei, itu ide bagus, Anda harus melakukannya!.” Itu bukan respon yang alami. Sebagian besar orang jauh lebih baik dalam mengidentifikasi dan menunjukkan permasalahan yang mungkin muncul. Kita bersikap seperti itu karena ingin tampak pintar.
Karena itulah Anda harus bersikap optimis dan sedikit tidak rasional. Bukan karena kemungkinan berhasilan akan lebih besar, tetapi karena irrational optimism membantu Anda berhasil dalam cara yang tidak bisa dilakukan oleh modal, rencana bisnis, dan kecerdasan pemasaran sekalipun.
Irrational optimism bisa saja dibawa terlalu jauh, tapi mungkin saja tidak.
Coba pikirkan tentang olahraga: olahraga adalah permainan zero-sum yang utama. Hanya satu individu atau satu tim bisa menang, namun atlet yang hebat tetap masuk ke dalam setiap pertandingan dengan mempercayai bahwa mereka akan menang, karena jika mereka tidak mempercayai bahwa mereka bisa menang, maka mereka sudah kalah.
Apakah kepercayaan diri yang menyeluruh bisa disebut irasional? Tentu saja. Apakah itu juga merupakan salah satu syarat untuk kesuksesan atlit tingkat tinggi? Tentu. Atlit yang hebat membuang jauh-jauh keraguan dan rasa tidak percaya.
Begitu juga entrepreneur yang luar biasa.
Jika Anda terus mendengar para naysayers (orang yang berpendapat negatif terhadap bisnis Anda), maka Anda tidak akan pernah memulai bisnis, tidak akan berkembang, tidak bekerja, terus berusaha dan tentu tidak akan berhasil.
Walaupun kepercayaan diri sebesar apapun tidak bisa memastikan kesuksesan, keraguan sekecil apapun bisa merusak kesempatan yang ada.
Arsene Wenger, manager Arsenal, salah satu pelatih sepak bola paling sukses di Liga Premier Inggris, tentang bagaimana atlet harus melihat kompetisi:
Untuk memiliki performa maksimal, Anda harus mendidik diri sendiri untuk percaya dengan intensitas yang jauh melampaui pemikiran logis. Tidak ada top performer yang tidak memiliki optimisme yang irasional, tidak ada olahragawan yang telah mencapai potensi terbaik tanpa menghapus keraguan dari pikirannya.
Hal yang sama berlaku pada entrepreneur. Bersikaplah cerdas, logis, rasional, dan teruslah menghitung, jangan pernah berhenti berusaha meningkatkan kemampuan Anda. Tapi yang lebih penting, Anda harus memiliki irrational optimism.
Kepercayaan pada diri sendiri bisa membawa Anda maju ke tempat yang tidak bisa dicapai oleh business plan manapun.

Sumber : Jeff Haden, IncRich Text AreaToolbarBold (Ctrl + B)Italic (Ctrl + I)Strikethrough (Alt + Shift + D)Unordered list (Alt + Shift + U)Ordered list (Alt + Shift + O)Blockquote (Alt + Shift + Q)Align Left (Alt + Shift + L)Align Center (Alt + Shift + C)Align Right (Alt + Shift + R)Insert/edit link (Alt + Shift + A)Unlink (Alt + Shift + S)Insert More Tag (Alt + Shift + T)Proofread WritingToggle fullscreen mode (Alt + Shift + G)Show/Hide Kitchen Sink (Alt + Shift + Z)
FormatFormat▼
UnderlineAlign Full (Alt + Shift + J)Select text color▼
Paste as Plain TextPaste from WordRemove formattingInsert custom characterOutdentIndentUndo (Ctrl + Z)Redo (Ctrl + Y)Help (Alt + Shift + H)
To perform to your maximum you have to teach yourself to believe with an intensity that goes way beyond logical justification. No top performer has lacked this capacity for irrational optimism; no sportsman has played to his potential without the ability to remove doubt from his mind. – Arsene Wenger
Sukses memungkinkan dicapai tanpa modal, rencana bisnis, rencana pemasaran, atau bahkan ide yang bagus – tapi tidak bisa tanpa bahan utama ini.
Pikirkan tentang kunci keberhasilan bisnis: Modal dalam jumlah banyak. Sebuah rencana bisnis yang komprehensif. Sebuah analisis pasar yang mendalam. Tim yang luar biasa.
Masing-masing dari hal di atas sangat penting. Tapi ada satu sifat penting yang dimiliki setiap pengusaha sukses:
Optimisme yang irasional.
Kenapa? Untuk menjadi sukses, Anda harus menerima keyakinan dan menyingkirkan keraguan dalam diri Anda: pemikiran bahwa Anda tidak cukup pintar, berdedikasi, beradaptasi, atau secara singkat : singkirkan perasaan bahwa apapun yang Anda lakukan, Anda tidak akan berhasil.
Seringkali orang lain tidak cukup membantu. Keluarga dan teman-teman cenderung mencari celah dalam ide-ide Anda, bukan karena mereka ingin mendemotivasi Anda tetapi karena mereka peduli tentang Anda dan tidak ingin melihat Anda gagal.
Jarang ada orang yang mengatakan, “Hei, itu ide bagus, Anda harus melakukannya!.” Itu bukan respon yang alami. Sebagian besar orang jauh lebih baik dalam mengidentifikasi dan menunjukkan permasalahan yang mungkin muncul. Kita bersikap seperti itu karena ingin tampak pintar.
Karena itulah Anda harus bersikap optimis dan sedikit tidak rasional. Bukan karena kemungkinan berhasilan akan lebih besar, tetapi karena irrational optimism membantu Anda berhasil dalam cara yang tidak bisa dilakukan oleh modal, rencana bisnis, dan kecerdasan pemasaran sekalipun.
Irrational optimism bisa saja dibawa terlalu jauh, tapi mungkin saja tidak.
Coba pikirkan tentang olahraga: olahraga adalah permainan zero-sum yang utama. Hanya satu individu atau satu tim bisa menang, namun atlet yang hebat tetap masuk ke dalam setiap pertandingan dengan mempercayai bahwa mereka akan menang, karena jika mereka tidak mempercayai bahwa mereka bisa menang, maka mereka sudah kalah.
Apakah kepercayaan diri yang menyeluruh bisa disebut irasional? Tentu saja. Apakah itu juga merupakan salah satu syarat untuk kesuksesan atlit tingkat tinggi? Tentu. Atlit yang hebat membuang jauh-jauh keraguan dan rasa tidak percaya.
Begitu juga entrepreneur yang luar biasa.
Jika Anda terus mendengar para naysayers (orang yang berpendapat negatif terhadap bisnis Anda), maka Anda tidak akan pernah memulai bisnis, tidak akan berkembang, tidak bekerja, terus berusaha dan tentu tidak akan berhasil.
Walaupun kepercayaan diri sebesar apapun tidak bisa memastikan kesuksesan, keraguan sekecil apapun bisa merusak kesempatan yang ada.
Arsene Wenger, manager Arsenal, salah satu pelatih sepak bola paling sukses di Liga Premier Inggris, tentang bagaimana atlet harus melihat kompetisi:
Untuk memiliki performa maksimal, Anda harus mendidik diri sendiri untuk percaya dengan intensitas yang jauh melampaui pemikiran logis. Tidak ada top performer yang tidak memiliki optimisme yang irasional, tidak ada olahragawan yang telah mencapai potensi terbaik tanpa menghapus keraguan dari pikirannya.
Hal yang sama berlaku pada entrepreneur. Bersikaplah cerdas, logis, rasional, dan teruslah menghitung, jangan pernah berhenti berusaha meningkatkan kemampuan Anda. Tapi yang lebih penting, Anda harus memiliki irrational optimism.
Kepercayaan pada diri sendiri bisa membawa Anda maju ke tempat yang tidak bisa dicapai oleh business plan manapun.
Sumber : Jeff Haden, Inc
Path:


DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/sifat-penting-dari-setiap-entrepreneur-besar-irrational-optimism/