Cita - cita besar Purdie Chandra untuk menciptakan 10.000 pengusaha baru
di Indonesia cukup beralasan. Survey membuktikan baru 2% dari seluruh
penduduk Indonesia yang telah menjadi pengusaha. Artinya masih terlalu
besar potensi yang bisa digarap untuk itu.
Melalui Entrepreneur University beliau melakukan action menyebarkan
virus wirausaha dengan cara yang sederhana tapi hasilnya luar biasa.
Saat ini para alumni EU sudah merajai berbagai bidang bisnis di
Indonesia. Termasuk di Balikpapan yang saat ini sudah memasuki angkatan
13.
Kita memang tidak semuanya terlahir dari lingkungan pengusaha, bukan
terlahir dari lingkungan capital, bukan pula lingkungan yang melek
bisnis. rata - rata doktrin hidup kita hanya mencari pekerjaan, bukan
menciptakan pekerjaan. Sekolah dengan standard otak kiri dituntut lulus
dengan pola ukuran yang sama, padahal kemampuan otak kiri manusia tidak
sama. Jadi sekolah harus melahirkan orang-orang pintar , yang hanya
menjadi pekerja.
Lewat EU kita ditularkan bagaimana menggunakan kekuatan otak kanan untuk
menjadi pengusaha, tidak harus pintar, tidak harus punya IP
tinggi,,,ditekankan banyak action dan tidak takut untuk
mencoba.....tidak harus takut dengan kegagalan...berusaha terus sampai
keinginan menjadi pengusaha itu tercapai.
Dengan menjadi pengusaha kita menjadi orang yang memiliki kebebasan
waktu, kebebasan finansial, dan kebebasan kreativitas. Inilah saatnya
kita menjadi diri sendiri dan menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang
lainnya. Mari kita dukung cita - cita menciptakan ribuan pengusaha baru
di Indonesia.
Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, "Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!"
Li
ncoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati, "Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi."
Waktu berlalu…
Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan mutiara milik peradaban."
_______________
Hanya seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan! Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan "sampah" sebagai "pupuk" atau "bahan bakar" untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita. Oke? Salam sukses luar biasa!
[Re-post kiriman teman; semoga bermanfaat]
Waktu berlalu…
Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan mutiara milik peradaban."
_______________
Hanya seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan! Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan "sampah" sebagai "pupuk" atau "bahan bakar" untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita. Oke? Salam sukses luar biasa!
[Re-post kiriman teman; semoga bermanfaat]
#facebook Andri Wongso