PENDAHULUAN
Dalam beberapa waktu belakangan ini banyak sekali masyarakat kita yang
mencoba berbudidaya ikan lele baik di pembesaran maupun
pembenihannya.Kebanyakan yang dipilih adalah pembesaran yang “katanya”
lebih gampang. Faktor yang melatar belakangi budidaya di masyarakat kita adalah :
1. Kesulitan ekonomi masyarakat secara global
2. Mendapat informasi dari teman atau keluarga yang telah berkecimpung di budidaya lele
3. Tertarik dengan banyaknya buku buku tentang budidaya ikan lele
4. Adanya lahan kosong yang bisa bermanfaat bila dikembangkan
Pada kenyataannya setelah beberapa waktu berbudidaya ternyata banyak
sekali yang menemui kegagalan.Beberapa kejadian yang sering terjadi
dalam budidaya ikan lele adalah:
1. Banyak ikan lele yang hilang/sakit
2. Hasil atau tonase jauh dari harapan
3. Banyaknya kerugian yang dialami
Kalau dilihat dari harga di pasaran jelas sangat menggiurkan.1 kg ikan
lele bisa sampai Rp 15.000.00. Inilah yang banyak budidayawan terjebak
ingin mencoba budidaya ikan lele.padahal budidaya ikan lele bukan coba
coba. Harga yang melambung tinggi harusnya bisa disimpulkan kalau
budidaya ikan lele tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Karena hal hal tersebut saya ingin meluruskan dan mencoba membantu
masyarakat lewat tulisan yang mungkin secara tampilan tidak terlalu
bagus tapi isi dari tulisan ini insyaAllah bisa bermanfaat bagi
masyarakt pada umumnya dan pembudidaya ikan lele pada khususnya.
Didalam tulisan ini insya Allah akan dikupas lebih lanjut beberapa
faktor yang menjadi kendala bagi budidaya ikan lele. Dan bila ada yang
berminat dan serius menekuni budidaya ini bisa menghubungi penulis.
FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI BERBUDIDAYA IKAN LELE
Budidaya ikan lele sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya dan masyarakat pulau jawa pada khususnya. Harga benih maupun
ikan lele konsumsi melambung tinggi. Inilah yang menggiurkan sebagian
orang untuk berkecimpung dalam usaha budidaya ikan lele. Ada yang
mempunyai modal tinggi maupun modal yang pas pas an mencoba
peruntungan.Sayang sekali tekad yang dipunyai tidak disertai dengan
pengetahuan tentang program budi daya lele dengan benar. Mereka hanya
tahu setengah setengah.entah dari buku atau orang orang yang
“katanya”sudah pernah berkecimpung dalam usaha itu awalau kebenarannya
diragukan. Akhirnya budidaya yang dilakukan sekedar pekerjaan yang hanya
membuang tenaga dan uang saja.
Faktor yang membuat masyarakat ingin berbudidaya adalah :
1. KESULITAN EKONOMI MASYARAKAT SECARA GLOBAL
Pada masa sekarang ini tidak dapat dipungkiri ekonomi kita terpuruk.
Harga barang pokok melonjak drastis. Pendapatan sebulan yang dulu bisa
untuk keperluan lain lain sekarang untuk beli lauk telur pun susah
apalagi daging. Hal inilah yang memicu sesorang untuk mendapatkan hasil
sampingan selain penghasilan pokok. Salah satu yang bisa diandalkan
adalah budidaya ikan lele. Walaupun sampai sekarang jarang yang
berhasil.Hal inilah yang menyebabkan harga ikan lele melambung tinggi.
Barang langka di pasar maka harga barang akan naik dan permintaan
meningkat.
2. MENDAPAT INFORMASI DARI TEMAN ATAU KELUARGA YANG TELAH BERKECIMPUNG DI BUDIDAYA LELE
Kalau dihitung banyak masyarakat kita yang sudah berkecimpung diusaha
budidaya ikan lele. Sebanyak 80% menggunakan sistem tradisional dan
hanya 20 % yang menggunakan sistem semi intensif dan intensif. Bagi
orang awam gagal atau tidaknya budidaya yang tahu hanya pelaksananya
saja. Masyarakat akan memandang bila ada lele yang banyak sekali dikolam
berarti untung.Padahal belum tentu.Dan bila ada yang bertanya tentang
hasil panen itu pasti jawabnya “ UNTUNG”. Kenapa jawabnya seperti itu
padahal bila yang melihat orang budidaya pasti RUGI. Jawabnya: MALU.
Inilah yang sering dipakai dimasyarakat kita.kita percaya omongan orang
tanpa tahu kebenarannya.Setelah mengikuti teman kita baru kita tahu
bahwa benar budidaya itu susah sah gampang. Budaya IKUT IKUT an inilah
yang menjadikan banyak budidaya mengalami kegagalan.
3. Tertarik dengan banyaknya buku buku tentang budidaya ikan lele
Bila kita berkunjung ke toko buku baik yang besar maupun kecil banyak
sekali dijual buku buku tentang budidaya ikan lele. Bagi masyarakat yang
masih awam dari buku inilah mereka dapat ilmu tentang program budidaya
ikan lele. Tapi patut disayangkan banyak buku buku itu justru
menjerumuskan masyarakat yang baru pertama kali berkecimpung dalam
budidaya ikan lele. Terutama pada bagian analisa usaha serta proses
budidaya itu sendiri. Terkesan program yang ditawarkan terlalu muluk
muluk. Keuntungan yang sangat besar hampir tidak ada resiko. Tetapi
kenyataannya banyak yang mengalami kegagalan. Dalam tulisan ini penulis
akan mengupas hal hal yang harusnya ada dalam budidaya
4. Adanya lahan kosong yang bisa bermanfaat bila dikembangkan
Di pedesaan banyak sekali tanah dan lahan kosong yang tidak
produktif.Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuat kolam
ikan.Sayang sekali kolam yang digunakan masih tradisional yaitu dengan
cara membuat lubang atau kubangan sehingga bisa menjadi kolam
ikan.Padahal ini sangat tidak efektif untuk budidaya ikan lele.Mengapa?
Jawabanya ada dalam tulisan ini.
BEBERAPA PARADIGMA YANG KELIRU TENTANG BERBUDIDAYA
1. BENIH IKAN
Banyak dari teman teman budidaya kita meremehkan tentang benih ikan lele
yang akan di tebar. Kita kadang “sembarangan” dalam hal memilih dan
membeli benih ikan lele.
Mereka menyediakan bibit lele dari 2 kondisi yaitu dari pembenihan
dengan kolam tanah dan tanpa tanah.Banyak yang melakukan pembesaran ikan
lele di kolam terpal atau tembok yang tanpa tanah tapi bibit yang
digunakan bibit lele dari kolam tanah. Padahal hal ini salah karena
terdapat 2 kondisi yang berbeda.yaitu dari kondisi yang baik ke kondisi
yang lebih ekstrem. Hasilnya pertumbuhan lambat,banyak yang kena
penyakit dan bermuara pada hasil panen yang merosot tidak sesuai dengan
keinginan.
Untuk mengetahui mengapa bisa seperti itu dan bagaimana cara mengatasinya dapat menghubungi penulis.
2. PAKAN
Banyak pembudidaya dalam mengelola pembesaran ikan lele menggunakan
program pakan sesukanya dengan menghiraukan prosedur yang ada. Ada yang
menggunakan pakan pelet standar tapi hanya sebagian atau malah kurang
dari 50%. Mereka menambahkan pakan dengan daging,kerang,ayam mati,tikus
mati dan beberapa daging yang tidak terpakai untuk porsi pakan ikan
lele. Sepintas kalau dilihat memang ekonomis dari biaya pakan yang cukup
mahal. Tetapi sebenarnya hal tersebut jusru akan merugikan petani
budidaya. Boleh di cek yang menggunakan pakan tambahan tersebut diatas
pasti mengalami kerugian total.Hasil panen menurun drastis misalnya
harusnya menghasilkan 200 kg yang ada hanya 20 – 40 kg dengan tambahan
adanya ikan lele berukuran super besar 3 – 5 ekor..Benar atau
tidak?Setelah itu petani budidaya akan bingung kenapa bisa
terjadi.padahal sudah diberi pakan tambahan yang kalau dilihat “Lebih
bergizi dan berprotein”(Menurut perasaan).
Disini penulis ada jawabannya dan cara mengatasinya.bila berminatdapat
menghubungi penulis untuk mendapatkan jawaban dan cara mengatasinya.
3. JUMLAH TEBAR
Untuk jumlah tebar sebagian besar petani budidaya ikan lele jarang yang
menghitung berapa jumlah yang sesuai dengan kolam yang dipunyai. Tidak
jarang untuk kolam denga luas 3 x 5 meter di beri bibit ikan lele lebih
dari 10.000 ekor. Hasilnya banyak ikan yang tidak tumbuh. Muncul
pertanyaan “ kok gak besar besar lele yang dipelihara.”. dan setelah
dipanen lagi lagi hasil panen mengecewakan.selain tonase kurang dari
yang diharapkan ikan yang dihasilkan kurus kurus dan tidak disukai
pasar.Apa yang terjadi..
Lewat modul yang disusun oleh penulis akan didapat jawabannya dan dapat
diketahui cara mengatasinya. Tertarik? Anda dapat menghubungi penulis.
4. KOLAM
Pemilihan kolam yang dipakai untuk budidaya kadang terlihat
sepele.padahal itu menentukan keberhasilan dan kelangsungan budidaya
lele itu sendiri. Banyak petani budidaya yang gulung tikar atau rugi
terus menerus karena salah memilih bentuk kolam.Ada beberapa jenis kolam
yang digunakan dalam budidaya ikan lele dari kolam beton/tembok,kolam
tanah,kolam terpal atau perpaduan dua kolam tersebut.
Masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahan masing masing..tetapi
ada satu yang lebih ekonomis,efektif dan efisien..dan kolam itu adalah
kolam terpal dengan desain tertentu.mengapa desain tertentu.karena ada
beberapa keunggulan kolam itu dibanding kolam lain.salah satunya bisa
menghemat biaya operasional dan praktis.ada kelebihan lain. Kelihatan
sederhana tapi bisa dibuktikan keefektifan dan keefisiennya
Anda bisa dapatkan model kolam itu dengan menghubungi penulis untuk
mendapatkan modul yang akan mengupas segala persoalan budidaya itu.
5. AREAL KOLAM
Yang dimaksud dengan areal kolam adalah tanah atau lahan yang akan
digunakan untuk budidaya ikan lele.Kadang kita menggunakan areal luas
yang seharusnya bisa menghasilkan 8 juta – 10 juta rupiah tetapi banyak
yang hanya mendapatkan untung ratusan ribu bahkan merugi yang akhirnya
terbengkalai menjadi lahan yang tidak efektif.
Didalam tulisan atau modul yang disusun penulis anda akan dapatkan cara memanfaatkan lahan seoptimal mungkin.
6. HILANG ATAU BERKURANGNYA IKAN LELE
Ada anggapan sebagian teman teman budidaya kita hilang atau berkurangnya
ikan lele yang dibudidayakan karena akibat masuknya ikan kelumpur atau
ada yang memancing.padahal anggapan itu belum tentu benar karena
hilangnya ikan lele atau berkurangnya hasil itu murni disebabkan
kesalahan prosedur budidaya.
Semua dikupas dalam tulisan di modul yang disusun oleh penulis.
HARAPAN PENULIS
Dengan disusunnya modul yang bisa dipesan diharapkan dapat :
1. Membantu pem budidaya ikan lele yang selama ini selalu rugi dalam
budidaya ikan lele. Dan tidak terjerumus oleh buku buku yang hanya
memberikan harapan setinggi langit tetapi tidak sesuai fakta.
2. Meningkatkan atau menambah penghasilan masyrakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat jawa tengah pada khususnya.
3. Banyak lahan kosong yang dapat digunakan untuk menghasilkan uang untuk meningkatkan kesejahteraan.
4. Membantu program pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
- JANGAN MELIHAT BENTUK BUKU ATAU MODUL DAN UANG YANG DIKELUARKAN,TETAPI LIHATLAH ISI DARI BUKU ITU YANG SEHARGA JUTA AN RUPIAH
- UNTUK MENDAPATKAN PENGHASILAN DAN PENDAPATAN YANG MELIMPAH SESEORANG
HARUS BEKERJA KERAS DAN MEMERLUKAN MODAL.( BOHONG BILA TANPA
MODAL,BEKERJA KERAS BISA MENDAPATKAN HASIL YANG MELIMPAH)
Kamis, 24 Oktober 2013
Selasa, 15 Oktober 2013
Apakah Tetes Tebu dan Manfaatnya?
Apakah Tetes Tebu dan Manfaatnya?
Tetes tebu atau juga dikenal dengan istilah ilmiah molasse adalah produk
sisa pada proses pembuatan gula. Untuk membuat gula, batang tebu yang
sudah dipanen akan diolah dengan mesin pemeras. Setelah itu, air perasan
tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula
pasir yang kita kenal.
Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa Tetes tebu (molasse) dan air.Tetes tebu dapat
dimanfaatkan kembali dan digunakan oleh berbagai industri seperti pabrik
alkohol, pabrik pakan ternak, pabrik kecap, pabrik penghasil pemanis
dan penyedap rasa
LELE ORGANIK DARI KOTORAN SAPI DAN AMPAS TAHU
Oleh : Mahmud Efendi, A.Md. (Penyuluh Perikanan Parakan)
Kebanyakan
orang pada saat ini berpendapat bahwa Budidaya lele memiliki keuntungan yang
sedikit di karenakan tingginya harga
pakan ikan berupa pelet yang di beli dari toko atau pabrik. Karena memang biaya
terbesar dalam Budidaya ikan lele adalah
pakan. Bayangkan dengan harga pakan pelet jenis F99 seharga 12 ribu per kilo
dan 1 karungnya 210 ribu, maka apabila kita memilki banyak kolam lele dan
ditebar ribuan benih lele untuk di besarkan, biaya produksinya akan sangat
mahal untuk pembelian pelletnya saja. Hal tersebut belum termasuk biaya
pembelian benih ikan lele, obat-obatan dan lain-lain. Oleh karena itu kita harus
bisa mensiasatinya untuk memperoleh
hasil maksimal dengan modal minimal walau hanya menggunakan bahan pakan yang biasa-biasa saja tetapi hasilnyakita
harapkan bisa luar biasa.
Berdasarkan pengamatan
dan praktek langsung dilapangan ternyata kita bisa memanfaatkan limbah organik
berupa kotoran sapi dan ampas tahu sebagai alternatif pakan untuk ikan lele. Sehingga
kita tidak membutuhkan modal yang terlalu banyak untuk pembelian pakan pellet karena kotoran
sapi dan ampas tahu bisa dengan mudah kita temukan. Kalau dijual pun kedua
bahan tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pellet. Kita hanya
perlu menyiapkan kotoran ternak sapi/kambing/kelinci dan obat penumbuh plankton
yang bisa berupa Probiotik ( EM4 perikanan) dan tetes tebu/gula/molases.
Menurut beberapa penelitian kotoran sapi lah yang paling cepat di uraikan dan
menghasilkan organisme berupa plankton
sebagai pakan utama lele.
Cara Pembuatan Pakan Alami dari Kotoran Sapi
Cara pembuatan pakan alami dari kotoran sapi adalah
sebagai berikut :
v
Kumpulkan kotoran sapi yang telah
di angin-anginkan selama kurang lebih 1 minggu
v
Dalam keadaan kering kotoran sapi
tersebut di masukkan ke dalam kolam
v
Campurkan larutan fermentor/Probiotik
EM4 dan tetes tebu/gula dengan perbandingan 1 liter fermentor 2 liter tetes
tebu/gula dan 10 liter air sampai merata.
v
Dalam waktu 7-10 hari akan tumbuh
plankton-plakton yang akan menjadi pakan utama lele.
v
Cara pemberian pakan untuk lele
cukup diambil beberapa ember dari kolam yang berisi plankton tadi kemudian di
masukkan kedalam kolam lele dan dalam waktu kurang lebih 3- 4 bulan lele bisa
di panen.
Budidaya lele
dengan pakan organik dari kotoran sapi banyak sekali manfaatnya, diantaranya
adalah :
Ø Kandang sapi menjadi lebih bersih.
Ø Hemat biaya perawatan.
Ø Air kolam tidak berbau busuk.
Ø Tidak perlu sering mengganti air kolam.
Ø Lele organik mempunyai rasa daging yang lebih gurih.
Ø Memberikan pendapatan tersendiri bagi peternak sapi disekitar.
Ø Lebih aman untuk kesehatan.
Ø Nilai gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.
Ø Air bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman baik
untuk pembibitan tanaman hortikultura (cabe, tomat dan lain-lain) ataupun untuk
pembibitan tanaman keras seperti bibit jabon, sonokeling dan lain-lain.
Ø Dan masih banyak lagi manfaat lele dengan pakan organik ini.
Dalam usaha
Budidaya lele kita juga bisa membuat ramuan pakan organik yang berbahan dasar
"Ampas Tahu" dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di
habitat aslinya yaitu memakan makanan yang berasal dari bahan organik dan ikan
lele akan tumbuh dengan baik. Selain itu
hal tersebut juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta
mengurangi menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.
Salah Satu Cara Memfermentasi Ampas Tahu |
Cara Pembuatan Pakan dari Fermentasi Ampas Tahu
Berikut kami akan
jelaskan teknik pembuatan pakan lele dari "Ampas Tahu". Sebelumnya
persiapkan bahan-bahan sebagai berikut:
·
Ampas Tahu 5 Kg
·
Dedak Halus 5 Kg
·
Tepung Ikan 1 Kg
·
Tetes Tebu/Molases 1
liter
·
Probiotik(EM4-Perikanan)
: 200 ml
·
Ragi Tempe 2 sdm
Fermentasi Kotoran sapi dan bahan lainnya yang atasnya diberi lubang (warna putih) dan diberi selang keluar tempat pembuangan gas yang ujungnya diberi botol/gelas plastik |
Setelah seluruh bahan dicampur dan diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam drum/ember/kantong plastik yang diberi lobang udara dengan menggunakan selang untuk mengalirkan gas/udara yang ujungnya ditutup plastikatau bekas gelas air mineral tetapi jangan terlalu tertutup rapat(sebagian terbuka untuk keluar masuknya oksigen). Kemudian disimpan dan dibiarkan selama +/- 5 hari agar terjadi proses fermentasi secara alami.
Drum Tempat Fermentasi Tanpak Samping |
Setelah
di Fermentasi 5 hari Pakan Lele Organik sudah bisa dimanfaatkan dengan ketentuan sebagai berikut :
v Bisa diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga lele bisa
mengkonsumsi secara
langsung
v Disarankan
diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih 5-7/7-9, sebelumnya bisa diberikan dari hasil
fermentasi dan pakan alami pupuk kandang
v Pemberiannya
jangan bersamaan dengan pemberian
pellet ikan
v Prosentase pemberian 5%
dari Biomas Ikan (1,5
– 2 kali jumlah pemberian pakan Pellet).
v Frekwensi pemberian pakan lele organik dari ampas tahu
ini bisa 2 – 3 kali sehari diberikan pada pagi/siang hari
Cara Pemberian Pakan Pakan Lele Organik |
Jadi dari penjelasan diatas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa budidaya ikan lele organik sangatlah murah dan mudah. Sebab
harga pakan lele pabrikan yang berbentuk pellet harganya terus mengalami kenaikan,
saat ini sudah di atas Rp.7.000 . Sedangkan harga pakan lele organik cuma
berkisar Rp.1.000 - 2.000 perliter atau pun per kg fermentasi ampas tahu
tergantung harga bahan mentah yang digunakan.
Silahkan
anda coba
praktekkan saja dulu…anda pasti akan menemukan teori
sendiri dari pengalaman anda. Jika anda tak punya sapi, anda bisa
mendapatkannya dari para peternak
sapi yang ada di sekitar anda. Dan jangan
khawatir bakteri yang ada di kotoran sapi sudah tidak berbahaya bagi kita karena sudah melalui proses fermentasi.
Jadi sekarang kita bisa dengan mudah berbudidaya ikan lele dengan pakan murah tetapi hasilnya tidak murahan.
Dan bisa menggunakan pakan organikdari bahan yang biasasaja tetapi hasilnya luar biasa.
Jumat, 02 Agustus 2013
BEARISH HARAMI
To see the
performance of the pattern in your stock exchange in the context of
other stock markets please examine the table below. Find your stock
market there and see how it ranks among the others. This will give you
an idea about the pattern’s strength and reliability and help you in
your selling decisions.
BEARISH HARAMI
Definition
This pattern
consists of a white body and a small black body that is completely
inside the range of the white body. If an outline is drawn for the
pattern, it looks like a pregnant woman. This is not a coincidence.
“Harami” is an old Japanese word for “pregnant”. The white candlestick
is “the mother” and the small candlestick is “the baby”.
Recognition Criteria
1. The market is characterized by a prevailing uptrend.
2. A white body is observed on the first day.
3. The black body that is formed on the second day is completely engulfed by the body of the first day.
2. A white body is observed on the first day.
3. The black body that is formed on the second day is completely engulfed by the body of the first day.
Pattern Requirements and Flexibility
The pattern
consists of two candlesticks, in which the first day’s white candlestick
engulfs the following day’s black candlestick. The first one should be a
normal or a long white candlestick. Either the body tops or the body
bottoms of the two candlesticks may be at the same level, but whatever
the case, the black body should be smaller than the previous white body.
Trader’s Behavior
The Bearish
Harami is a sign of disparity in the market’s health. The market is
characterized by an uptrend and a bullish mood, and there is heavy
buying indicated by a white body, which further supports the
bullishness. However, the next day prices open lower or at the close of
the preceding day and stay in a small range throughout the day, closing
even lower, but still within the previous day’s body. Traders are now
concerned about the strength of the market, due to this suddenly
deteriorating trend.
Sell/Stop Loss Levels
The
confirmation level is defined as the last close or the midpoint of the
first white body, whichever is lower. Prices should cross below this
level for confirmation.
The stop loss level is defined as the higher of the last two highs. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
The stop loss level is defined as the higher of the last two highs. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
Di plek dari alamat: http://www.candlesticker.com/Pattern.aspx?lang=en&Pattern=2202
Bearish Engulfing
To see the
performance of the pattern in your stock exchange in the context of
other stock markets please examine the table below. Find your stock
market there and see how it ranks among the others. This will give you
an idea about the pattern’s strength and reliability and help you in
your selling decisions.
BEARISH ENGULFING
Definition
This pattern
is characterized by a large black body engulfing a preceding smaller
white body, which appears during an uptrend. The black body does not
necessarily engulf the shadows of the white body but totally engulfs the
body itself. This is an important top reversal signal.
Recognition Criteria
1. The market is characterized by a prevailing uptrend.
2. A white body is formed observed on the first day.
3. The black body that is formed on the second day completely engulfs the white body of the preceding day.
2. A white body is formed observed on the first day.
3. The black body that is formed on the second day completely engulfs the white body of the preceding day.
Pattern Requirements and Flexibility
The length
of the first white candlestick is not important. It can even be a Doji.
The second one, however, has to be a normal or long black candlestick.
Either the body tops or the body bottoms of the two candlesticks may be
at the same level, but in any case, the black body of the Bearish
Engulfing Pattern should be longer than the previous white body.
Trader’s Behavior
While the
market is characterized by a definite uptrend, lower volume of buying is
observed with the occurrence of a white body on the first day. The next
day, the market opens at new highs. It looks as if there’s going to be
more bullish trading, however the uptrend loses momentum and the bears
take the lead during the day. The selling pressure overcomes buying and
finally the market closes below the open of the previous day. The
uptrend is damaged.
Sell/Stop Loss Levels
The confirmation level is defined as the last close. Prices should cross below this level for confirmation.
The stop loss level is defined as the last high. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
The stop loss level is defined as the last high. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
Di plek dari alamat: http://www.candlesticker.com/Pattern.aspx?lang=en&Pattern=2201
Bearish Belt Hold
To see the
performance of the pattern in your stock exchange in the context of
other stock markets please examine the table below. Find your stock
market there and see how it ranks among the others. This will give you
an idea about the pattern’s strength and reliability and help you in
your selling decisions.
BEARISH BELT HOLD
Definition
Bearish Belt
Hold is a single candlestick pattern, basically, a Black Opening
Marubozu that occurs in an uptrend. It opens on the high of the day, and
then prices begin to fall during the day against the overall trend of
the market, which eventually stops with a close near the low, leaving a
small shadow at the bottom of the candle. If longer bodies characterize
the Belt Hold, then the resistance they offer against the trend will be
even much stronger.
Recognition Criteria
1. The market is characterized by a prevailing uptrend.
2. The market gaps up and opens at its high, and closes near to the low of the day.
3. A long black body that has no upper shadow (a Black Opening Marubozu) is observed.
2. The market gaps up and opens at its high, and closes near to the low of the day.
3. A long black body that has no upper shadow (a Black Opening Marubozu) is observed.
Pattern Requirements and Flexibility
A Black
Opening Marubozu or a Black Marubozu (with no upper or lower shadow)
should be seen, and it should open higher than the two preceding white
candlesticks.
Trader’s Behavior
The market
opens higher, with a significant gap in the direction of the prevailing
uptrend. So, the first impression reflected in the opening price is the
continuation of the uptrend. However, after the market opening, things
change rapidly and the market moves in the opposite direction from there
on. This causes much concern among the bulls, leading them to sell many
positions, which could reverse the direction of the trend and start a
sell-off.
Sell/Stop Loss Levels
The confirmation level is defined as the last close. Prices should cross below this level for confirmation.
The stop loss level is defined as the last high. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
The stop loss level is defined as the last high. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
Di Plek dari alamat: http://www.candlesticker.com/Pattern.aspx?lang=en&Pattern=1202
Bearish Hanging Man
To see the
performance of the pattern in your stock exchange in the context of
other stock markets please examine the table below. Find your stock
market there and see how it ranks among the others. This will give you
an idea about the pattern’s strength and reliability and help you in
your selling decisions.
BEARISH HANGING MAN
Definition
The pattern
occurs at the top of a trend or during an uptrend. The name Hanging Man
comes from the fact that the candlestick looks somewhat like a hanging
man. It is a single candlestick pattern that has a long lower shadow and
a small body at or very near the top of its daily trading range.
Recognition Criteria
1. The market is characterized by a prevailing uptrend.
2. A small real body at the upper end of the trading range is observed. The color of the body is not important.
3. The lower shadow of this candlestick is at least twice as long as the body.
4. There is (almost) no upper shadow.
2. A small real body at the upper end of the trading range is observed. The color of the body is not important.
3. The lower shadow of this candlestick is at least twice as long as the body.
4. There is (almost) no upper shadow.
Pattern Requirements and Flexibility
The body of
the Hanging Man should be small. The lower shadow should be at least
twice as long as the body, but not shorter than an average candlestick.
It is desired that the upper shadow is very small, or better nil. The
top of the Hanging Man’s body should be above both of the two preceding
white candlesticks.
Trader’s Behavior
The Hanging
Man is a bearish reversal pattern. It signals a market top or a
resistance level. Since it is seen after an advance, it signals that
selling pressure is starting to increase. The long lower shadow
indicates that the sellers pushed prices lower during the session. Even
though the bulls regained their footing and drove prices higher by the
finish, the appearance of this selling pressure after a rally is a
serious warning signal. If the body is black, it shows that the close
was not able to get back to the opening price level, which has
potentially more bearish implications.
Sell/Stop Loss Levels
The
confirmation level is defined as the midpoint of Hanging Man’s lower
shadow. Prices should cross below this level for confirmation.
The stop loss level is defined as the higher of the last two highs. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
The stop loss level is defined as the higher of the last two highs. Following the bearish signal, if prices go up instead of going down, and close or make two consecutive daily highs above the stop loss level, while no bullish pattern is detected, then the stop loss is triggered.
Di plekdr alamat: http://www.candlesticker.com/Pattern.aspx?lang=en&Pattern=1201
Minggu, 30 Juni 2013
Antara TDA dan TDB
Antara TDA dan TDB
Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya untuk memberi sedikit ulasan tentang pertanyaan rekan XXX di milis IEU2002 tentang arti dari TDA dan TDB. Jelas dan gamblang bahwa jawaban yang diberikan adalah bahwa TDA = Tangan Di Atas = Pengusaha, sedangkan TDB = Tangan Di Bawah = Karyawan.
Yang menggelitik perasaan saya adalah, apa iya setiap karyawan itu sudah pasti “Tangan Di Bawah”?
Menurut pengertian umum, “tangan di bawah” mengandung arti “tangan yang menerima” dan bukan “tangan yang memberi”. Arti sebaliknya berlaku bagi “tangan di atas”. Dalam pengertian yang lebih luas, sering diartikan bahwa orang yang “tangan di bawah” adalah mereka yang kehidupannya lebih tergantung dari pemberian orang lain. Ekstrimnya, kaum tangan di bawah adalah mereka yang nasibnya lebih bergantung pada belas kasihan orang lain. Mudah-mudahan pengertian ini tidak terlalu salah, atau melenceng terlalu jauh dari arti sesungguhnya.
Nah sekali lagi, timbul pertanyaan, apa benar seorang karyawan sudah pasti “TDB”, dan hidupnya mesti bergantung pada orang lain yang namanya majikan?
Menurut saya, seorang karyawan akan menjadi “TDB” atau tidak, sama sekali tergantung dari paradigma yang ada di kepalanya saat menjalankan hajat hidupnya sebagai karyawan. Paradigma itulah yang nanti akan menyebabkan dia menjadi “TDB” atau bukan. Jadi, tidak selamanya yang disebut karyawan, pegawai, orang gajian atau apa pun namanya, menjadi “TDB” karena bekerja terhadap majikan.
Ada 3 (tiga) jenis paradigma di benak karyawan, yaitu pertama: yang bersangkutan cenderung kurang menghargai hubungan kerja, kedua : menghargai hubungan kerja secara berlebihan, dan yang ketiga : menghargai hubungan kerja secara wajar sambil menempatkan diri sejajar, setara, sederajat atau setingkat terhadap majikan, dengan tujuan menjaga unsur keseimbangan yang saling menguntungkan.
Ketiga jenis sikap di atas, akan melahirkan tipe-tipe karyawan yang dapat kita kenali dari sepak terjangnya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari:
1) Tipe Petualang.
2) Tipe Pengabdi.
3) Tipe Mitra.
TIPE PETUALANG
Karyawan jenis ini condong memperlakukan perusahaan tempat ia bekerja hanya sebagai obyek yang bisa dikendalikan sesuka hati, atau sebagai tambang emas yang bisa digali dan dikeruk isi perutnya sepuas-puasnya. Yang termasuk dalam katagori tipe petualang antara lain mereka yang bekerja untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan melakukannya secara “hantam kromo”, tidak peduli halal atau tidak, yang penting duit! Sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa tidak terpuji seperti korupsi materi, korupsi waktu, penggelapan bahkan pencurian dan lain sebagainya. Sering bolos untuk menjalankan usaha sampingan, juga termasuk dalam golongan ini.
Demikian juga dengan tipe Kutu Loncat. “Kutu loncat” adalah mereka yang selalu berpindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke lain perusahaan, tergantung dari pihak mana yang menurutnya lebih baik dalam hal memberi kedudukan dan uang. Dengan sendirinya, mereka mudah “dibajak” dengan iming-iming gaji besar.
Tipe petualang tidak termasuk dalam dikotomi TDA vs TDB.
TIPE PENGABDI
Sementara itu, sebagian orang berpikiran bahwa kerja pada majikan, sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah rumah tangga. Mereka berpendapat, dari situlah dapur bisa berasap sehingga semua anggota keluarga bisa makan dan roda kehidupan berputar dengan wajar. Dengan anggapan ini, mereka selalu mendambakan sebuah pekerjaan yang tenang tenteram, dan bisa dijadikan tumpuan selama hidup.
Maka orang-orang jenis ini akan terlihat bekerja sehari-hari secara cukup tekun, cukup rajin, tidak terlalu banyak menuntut dan sebaliknya juga tidak terlalu keras bekerja demi karir. Karena sangat menyenangi ketenangan kerja dalam lingkup tanggung jawab terbatas, mereka tahan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang “itu-itu” juga, dalam suasana yang monotone tanpa perubahan apa pun.
Pada peristiwa PHK, orang-orang ini akan menjadi sangat panik, karena sesuai dengan jalan pikiran mereka, PHK akan menyebabkan rumah tangga porak-poranda. Dapur akan kehilangan asapnya, sumber makan keluarga akan terhenti, anak-anak terlantar dan tidak terbayang kegiatan apa yang bisa mereka lakukan setelah berhenti dari pekerjaan sekarang.
Tipe pengabdi inilah yang pada umumnya menganggap majikan sebagai dewa penolong kehidupan, sehingga merasa bahwa posisi mereka ada di bawah posisi majikan. Merekalah yang mengganggap diri mereka sendiri sebagai “TDB” alias tangan di bawah.
TIPE MITRA
Seorang karyawan yang membangun hubungan kerja berdasarkan falsafah kemitraan, akan mempunyai perilaku yang sama sekali berbeda dibanding mereka yang menganut falsafah kerja petualang atau pengabdian semu. Di sini, karyawan penganut kemitraan menganggap perusahaan majikan sebagai amanah yang harus dijaga, dipelihara, dibina serta dikembangkan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga tidak pernah selintas pun timbul pikirannya untuk melakukan korupsi, penggelapan serta hal-hal lain yang tak terpuji.
Di lain pihak, ia juga tidak pernah menganggap majikan sebagai dewa penolong yang memberinya penghidupan, karena ia sadar bahwa apa yang diterimanya dari sang majikan merupakan timbal balik dari jasa-jasa, kepiawaian, energi, waktu serta profesionalisme yang ia dedikasikan kepada perusahaan.
Dalam hal ini, paradigma karyawan tersebut sudah menerapkan konsep “True Salesmanship” yang berbasiskan pemikiran kerjasama saling menguntungkan. Sebuah transaksi yang didasarkan atas jual-beli berprinsip “Win-win solution”, di mana semua pihak diuntungkan, semua pihak berbahagia dan tidak ada pihak yang dirugikan atau teraniaya. Oleh sebab itu, sosok seperti ini tidak dapat digolongkan dalam profil “TDB”, melainkan “TDA” bersama-sama dengan majikannya.
Dengan konsep pemikiran seperti itu, secara sadar atau tidak, unsur kewirausahaan sudah cukup dominan dalam sepak terjang karyawan tipe ini. Maka tidaklah mengherankan, kalau pada suatu saat nanti, karyawan tipe mitra akan muncul secara surprise, sebagai seorang wirausahawan tangguh.
Himbauan saya bagi teman-teman yang merasa “TDB”, dan merasa masih agak terlalu jauh untuk sampai di tatanan wirausahawan mandiri, ada satu langkah awal yang cukup efektif, yaitu merubah paradigma dari seorang karyawan yang “TDB”, menjadi karyawan yang “TDA”. Insya Allah, setelah itu jalan menuju kemandirian akan lebih terbuka.
Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya untuk memberi sedikit ulasan tentang pertanyaan rekan XXX di milis IEU2002 tentang arti dari TDA dan TDB. Jelas dan gamblang bahwa jawaban yang diberikan adalah bahwa TDA = Tangan Di Atas = Pengusaha, sedangkan TDB = Tangan Di Bawah = Karyawan.
Yang menggelitik perasaan saya adalah, apa iya setiap karyawan itu sudah pasti “Tangan Di Bawah”?
Menurut pengertian umum, “tangan di bawah” mengandung arti “tangan yang menerima” dan bukan “tangan yang memberi”. Arti sebaliknya berlaku bagi “tangan di atas”. Dalam pengertian yang lebih luas, sering diartikan bahwa orang yang “tangan di bawah” adalah mereka yang kehidupannya lebih tergantung dari pemberian orang lain. Ekstrimnya, kaum tangan di bawah adalah mereka yang nasibnya lebih bergantung pada belas kasihan orang lain. Mudah-mudahan pengertian ini tidak terlalu salah, atau melenceng terlalu jauh dari arti sesungguhnya.
Nah sekali lagi, timbul pertanyaan, apa benar seorang karyawan sudah pasti “TDB”, dan hidupnya mesti bergantung pada orang lain yang namanya majikan?
Menurut saya, seorang karyawan akan menjadi “TDB” atau tidak, sama sekali tergantung dari paradigma yang ada di kepalanya saat menjalankan hajat hidupnya sebagai karyawan. Paradigma itulah yang nanti akan menyebabkan dia menjadi “TDB” atau bukan. Jadi, tidak selamanya yang disebut karyawan, pegawai, orang gajian atau apa pun namanya, menjadi “TDB” karena bekerja terhadap majikan.
Ada 3 (tiga) jenis paradigma di benak karyawan, yaitu pertama: yang bersangkutan cenderung kurang menghargai hubungan kerja, kedua : menghargai hubungan kerja secara berlebihan, dan yang ketiga : menghargai hubungan kerja secara wajar sambil menempatkan diri sejajar, setara, sederajat atau setingkat terhadap majikan, dengan tujuan menjaga unsur keseimbangan yang saling menguntungkan.
Ketiga jenis sikap di atas, akan melahirkan tipe-tipe karyawan yang dapat kita kenali dari sepak terjangnya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari:
1) Tipe Petualang.
2) Tipe Pengabdi.
3) Tipe Mitra.
TIPE PETUALANG
Karyawan jenis ini condong memperlakukan perusahaan tempat ia bekerja hanya sebagai obyek yang bisa dikendalikan sesuka hati, atau sebagai tambang emas yang bisa digali dan dikeruk isi perutnya sepuas-puasnya. Yang termasuk dalam katagori tipe petualang antara lain mereka yang bekerja untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan melakukannya secara “hantam kromo”, tidak peduli halal atau tidak, yang penting duit! Sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa tidak terpuji seperti korupsi materi, korupsi waktu, penggelapan bahkan pencurian dan lain sebagainya. Sering bolos untuk menjalankan usaha sampingan, juga termasuk dalam golongan ini.
Demikian juga dengan tipe Kutu Loncat. “Kutu loncat” adalah mereka yang selalu berpindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke lain perusahaan, tergantung dari pihak mana yang menurutnya lebih baik dalam hal memberi kedudukan dan uang. Dengan sendirinya, mereka mudah “dibajak” dengan iming-iming gaji besar.
Tipe petualang tidak termasuk dalam dikotomi TDA vs TDB.
TIPE PENGABDI
Sementara itu, sebagian orang berpikiran bahwa kerja pada majikan, sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah rumah tangga. Mereka berpendapat, dari situlah dapur bisa berasap sehingga semua anggota keluarga bisa makan dan roda kehidupan berputar dengan wajar. Dengan anggapan ini, mereka selalu mendambakan sebuah pekerjaan yang tenang tenteram, dan bisa dijadikan tumpuan selama hidup.
Maka orang-orang jenis ini akan terlihat bekerja sehari-hari secara cukup tekun, cukup rajin, tidak terlalu banyak menuntut dan sebaliknya juga tidak terlalu keras bekerja demi karir. Karena sangat menyenangi ketenangan kerja dalam lingkup tanggung jawab terbatas, mereka tahan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang “itu-itu” juga, dalam suasana yang monotone tanpa perubahan apa pun.
Pada peristiwa PHK, orang-orang ini akan menjadi sangat panik, karena sesuai dengan jalan pikiran mereka, PHK akan menyebabkan rumah tangga porak-poranda. Dapur akan kehilangan asapnya, sumber makan keluarga akan terhenti, anak-anak terlantar dan tidak terbayang kegiatan apa yang bisa mereka lakukan setelah berhenti dari pekerjaan sekarang.
Tipe pengabdi inilah yang pada umumnya menganggap majikan sebagai dewa penolong kehidupan, sehingga merasa bahwa posisi mereka ada di bawah posisi majikan. Merekalah yang mengganggap diri mereka sendiri sebagai “TDB” alias tangan di bawah.
TIPE MITRA
Seorang karyawan yang membangun hubungan kerja berdasarkan falsafah kemitraan, akan mempunyai perilaku yang sama sekali berbeda dibanding mereka yang menganut falsafah kerja petualang atau pengabdian semu. Di sini, karyawan penganut kemitraan menganggap perusahaan majikan sebagai amanah yang harus dijaga, dipelihara, dibina serta dikembangkan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga tidak pernah selintas pun timbul pikirannya untuk melakukan korupsi, penggelapan serta hal-hal lain yang tak terpuji.
Di lain pihak, ia juga tidak pernah menganggap majikan sebagai dewa penolong yang memberinya penghidupan, karena ia sadar bahwa apa yang diterimanya dari sang majikan merupakan timbal balik dari jasa-jasa, kepiawaian, energi, waktu serta profesionalisme yang ia dedikasikan kepada perusahaan.
Dalam hal ini, paradigma karyawan tersebut sudah menerapkan konsep “True Salesmanship” yang berbasiskan pemikiran kerjasama saling menguntungkan. Sebuah transaksi yang didasarkan atas jual-beli berprinsip “Win-win solution”, di mana semua pihak diuntungkan, semua pihak berbahagia dan tidak ada pihak yang dirugikan atau teraniaya. Oleh sebab itu, sosok seperti ini tidak dapat digolongkan dalam profil “TDB”, melainkan “TDA” bersama-sama dengan majikannya.
Dengan konsep pemikiran seperti itu, secara sadar atau tidak, unsur kewirausahaan sudah cukup dominan dalam sepak terjang karyawan tipe ini. Maka tidaklah mengherankan, kalau pada suatu saat nanti, karyawan tipe mitra akan muncul secara surprise, sebagai seorang wirausahawan tangguh.
Himbauan saya bagi teman-teman yang merasa “TDB”, dan merasa masih agak terlalu jauh untuk sampai di tatanan wirausahawan mandiri, ada satu langkah awal yang cukup efektif, yaitu merubah paradigma dari seorang karyawan yang “TDB”, menjadi karyawan yang “TDA”. Insya Allah, setelah itu jalan menuju kemandirian akan lebih terbuka.
Di Plek dari alamat:..
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/11/antara-tda-dan-tdb.html
BISNIS ITU PERMAINAN, BUKAN ILMU PENGETAHUAN
Selama kita merasa belum familiar dan takut memulai bisnis, biasanya
yang timbul di pikiran kita adalah: “belajar!”. Pilihannya mungkin
dengan jalan mengambil program S2 dan jadi seorang MBA, atau ikut
sebanyak-banyaknya seminar dan pelatihan, atau bisa juga dengan berguru
dan mengabdi pada seorang begawan bisnis.
Kira-kira, sudah selaraskah alur pemikiran yang sedemikian dengan apa yang terjadi pada kenyataannya? Mari kita telaah.
Kebanyakan dari kita berbisnis karena ingin sukses, lalu menjadi kaya raya. Kita membayangkan, betapa enak dan hebatnya bila kita dapat sesukses dan sekaya Bill Gates atau Donald Trump. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mereka itulah orang-orang sukses yang sebenar-benarnya. Merekalah sosok-sosok pebisnis yang prestasinya membuat banyak orang terobsesi.
Maka tidak heran jika para pakar pun berusaha menyadap dan mempelajari segala hal yang ada pada orang-orang sukses itu, dengan harapan dapat mentransfer nilai-nilai kesuksesannya kepada orang-orang lain yang juga ingin menjadi figur sukses. Mereka berpendapat bahwa: “Leaders are made, not born”.
Selanjutnya, segala sepak terjang yang dilakukan oleh para pebisnis tersebut, dikumpulkan, dipilah-pilah, lalu dianalisis. Dari analisis itu dibuat teori-teori. Hasilnya, muncullah berbagai teori kesuksesan yang terkemas dalam materi-materi “ilmu bisnis”, wacana profesionalisme, ilmu kepemimpinan (leadership), dan lain sebagainya.
Orang-orang awam memang ingin sekali menemukan cara-cara yang bisa membantu mereka untuk secara cepat mencapai kesuksesan. Semacam rel kereta yang tinggal diikuti saja akan mengantar orang tiba di gerbang kejayaan.
Namun demikian, apa benar kalau kita ingin menjadi figur sukses -- lebih spesifiknya pebisnis sukses -- harus menempuh perjalanan yang sarat dengan teori-teori kesuksesan seperti itu?
Dari berbagai catatan yang ada, tampaknya tidak demikian. Banyak sepak-terjang yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis dunia tidak mencerminkan bahwa kesuksesan mereka disebabkan pembelajaran yang sungguh-sungguh dalam ilmu bisnis, profesionalisme dan teori kepemimpinan. Tidak juga pengetahuan ekonomi, teori-teori tentang kebebasan finansial, ilmu marketing dan lain sebagainya. Pun, tidak karena mereka rajin mengikuti seminar kesuksesan atau lokakarya tentang strategi bisnis.
Di lain pihak, banyak pemimpin bisnis ternyata merupakan orang-orang yang justru tidak suka belajar, malas sekolah, dan hanya ingin bermain-main saja. Boro-boro ikut seminar atau lokakarya. Lho kok bisa?
Ada beberapa contoh kasus. Yang pertama, Thomas Alva Edison. Nama ini sudah kita tahu sejak di bangku SD bukan? Namun, tentunya kita kenal Edison lebih sebagai tokoh ilmu pengetahuan, karena sekolah memfokuskan ajaran hanya pada penemuan atas lampu pijar dan berbagai temuan teknis lain yang dilakukannya.
Maka jarang kita memperhatikan bahwa sesungguhnya Thomas Alva Edison adalah juga seorang pengusaha besar yang sukses. Ia adalah pemilik dan pendiri berbagai perusahaan dengan nama-nama seperti Lansden Co. (mobil/otomotif), Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.
Apakah untuk mencapai itu semua Edison harus bersusah-payah mengikuti berbagai sekolah dan pendidikan tinggi? Atau mengikuti seminar kelas dunia yang diselenggarakan oleh para pakar kesuksesan, pakar bisnis atau pakar financial freedom? Ternyata tidak. Figur Edison adalah figur pemalas yang hanya tahan 3 minggu bersekolah. Ia lebih suka bermain-main dengan perkakas, dengan kawat dan dengan listrik. Itu kesenangannya dan dengan itu ia sukses.
Contoh lain adalah Kenji Eno. Ia juga tidak suka sekolah. Ia cuma suka bermain-main dengan permainan, istimewanya dengan video games. Kelas 2 SMA berhenti sekolah terus nganggur. Lalu dapat kerja di perusahaan perangkat lunak, sampai akhirnya ia berhasil mendirikan perusahaan perangkat lunaknya sendiri yang dinamakan WARP. Dalam tempo beberapa tahun saja Kenji Eno mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan video games terhebat di dunia yang diakui oleh tokoh-tokoh industri.
Fenomena-fenomena yang dibuat oleh orang-orang semacam Edison dan Kenji Eno ini memberi kesan kepada kita semua bahwa bisnis itu sebenarnya lebih dekat kepada sebuah permainan, dan terlalu jauh untuk diperlakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Gede Prama yang dikenal sebagai pakar manajemen (bahkan dijuluki Stephen Covey Indonesia), mengomentari fenomena Kenji Eno sebagai kesuksesan dari kebebasan berfikir yang mampu melompat, karena belum terkena polusi-polusi yang dibuat sekolah.
Menurut saya, adalah keliru mempelajari fenomena pemimpin, untuk menciptakan pemimpin. Demikian juga, keliru mempelajari fenomena pebisnis sukses, untuk mencetak pebisnis sukses. Sebab, fenomena pemimpin (atau pebisnis) adalah fenomena manusia, yang tidak sama dengan fenomena alam. Kalau Isaac Newton mempelajari peristiwa jatuhnya buah apel ke tanah (fenomena alam) dan kemudian menemukan hukum gavitasi, maka itu oke-oke saja. Karena fenomena alam tidak berubah, hukum gravitasi pun akan tetap abadi.
Akan tetapi, mempelajari fenomena manusia pasti akan menimbulkan frustrasi. Sebab, manusia merupakan mesin perubahan, sehingga tidak akan ada fenomena manusia yang tinggal tetap abadi sepanjang masa, berlawanan dengan yang kita lihat pada peristiwa jatuhnya buah apel.
Pemimpin, dalam bidang apa pun termasuk bisnis, adalah sosok manusia yang bebas, yang bertindak semaunya tanpa memperhatikan teori mau pun kaidah, sehingga nyaris percuma kalau kita ingin mempelajari dan mengikuti jejak sepak terjangnya.
Coba lihat, pada saat terjadinya resesi ekonomi dunia tahun 1929, semua orang berdasarkan teori-teori yang ada, berusaha untuk berlaku sehemat mungkin. Tapi sebaliknya, Matsushita si raja elektrik dari Jepang malah royal mengeluarkan uang. Seakan uang itu tidak lebih dari mainan saja layaknya. Meski pun bukan tanpa alasan dia berlaku demikian.
Lihat juga Kim Woo Chong, pendiri imperium Daewoo. Ketika semua pengusaha (juga dengan teori-teori yang ada) berkonsentrasi memasuki pasar negara-negara kaya semacam Amerika dan Eropa, ia malah dengan santainya masuk ke pasar-pasar “keras” seperti Iran, Sudan dan Rusia serta negara-negara blok timur.
“Kesia-siaan” mempelajari dan berusaha mengikuti sepak terjang para pemimpin bisnis bisa dirasakan secara langsung di lapangan. Saat pertama kali Harvard Business Review mempublikasikan konsep pemasaran yang beken dengan “Marketing Mix” 4P (product, price, place dan promotion), nyaris semua pengusaha serta pakar bisnis menganut konsep ini secara fanatik. Begitu juga dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah manajemen.
Tapi, tidak terlalu lama, sebagai akibat “ulah” para pemimpin bisnis yang gemar bermain-main, perubahan tren perekonomian dan industri memaksa para pakar dan pembelajar merubah lagi konsepnya dengan 6P, 8P bahkan yang terakhir disebutkan sebagai 12P.
Terus bagaimana? Kalau kita harus bersiaga setiap saat untuk belajar dan tidak ketinggalan zaman dengan ilmu marketing, kapan kita berbisnis?
Saya rasa kita semua banyak yang terjebak dan hanyut dalam “arus ilmu pengetahuan” yang dibuat oleh mereka yang “pakar ilmu pengetahuan”, sehingga kita tidak sempat lagi berinovasi yang justru merupakan kunci sukses bisnis. Kita malah terus menerus “dipaksa” mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.
Pertanyaannya: ”Sebenarnya kita mau jadi pebisnis atau mau jadi ilmuwan sih?”
Saya sendiri yakin bahwa bisnis dan kesuksesan itu adalah semacam permainan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh William Cohen dalam tulisannya “The Art Of The Leader” : “Success is acquired by playing hard, not by working hard..”.
Mengacu pada obsesi banyak orang tentang Bill Gates dan Donald Trump sebagaimana disebut di atas, perlu diketahui bahwa kedua orang tokoh ini pun mencapai sukses dari kesenangannya bermain-main.
Bill Gates sejak masih berusia 13 tahun sudah bermain-main dengan perangkat lunak komputer, dan dengan itu ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Donald Trump juga sejak kecil selalu bermain-main ke kantor ayahnya, Fred Trump. Dia suka sekali melihat-lihat maket gedung dan pencakar langit, sebelum tertarik dengan bidang bisnis sang ayah, yaitu properti. Dan jadilah Donald Trump seorang Raja Properti.
Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, orang yang mempelajari ilmu kepemimpinan tidak akan menjadi pemimpin. Tapi, orang yang mencoba menjadi pemimpin, akan menjadi pemimpin. Demikian juga, orang yang mempelajari ilmu bisnis, tidak akan menjadi pebisnis. Tapi, orang yang mencoba menjadi pebisnis, akan menjadi pebisnis.
Kira-kira, sudah selaraskah alur pemikiran yang sedemikian dengan apa yang terjadi pada kenyataannya? Mari kita telaah.
Kebanyakan dari kita berbisnis karena ingin sukses, lalu menjadi kaya raya. Kita membayangkan, betapa enak dan hebatnya bila kita dapat sesukses dan sekaya Bill Gates atau Donald Trump. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mereka itulah orang-orang sukses yang sebenar-benarnya. Merekalah sosok-sosok pebisnis yang prestasinya membuat banyak orang terobsesi.
Maka tidak heran jika para pakar pun berusaha menyadap dan mempelajari segala hal yang ada pada orang-orang sukses itu, dengan harapan dapat mentransfer nilai-nilai kesuksesannya kepada orang-orang lain yang juga ingin menjadi figur sukses. Mereka berpendapat bahwa: “Leaders are made, not born”.
Selanjutnya, segala sepak terjang yang dilakukan oleh para pebisnis tersebut, dikumpulkan, dipilah-pilah, lalu dianalisis. Dari analisis itu dibuat teori-teori. Hasilnya, muncullah berbagai teori kesuksesan yang terkemas dalam materi-materi “ilmu bisnis”, wacana profesionalisme, ilmu kepemimpinan (leadership), dan lain sebagainya.
Orang-orang awam memang ingin sekali menemukan cara-cara yang bisa membantu mereka untuk secara cepat mencapai kesuksesan. Semacam rel kereta yang tinggal diikuti saja akan mengantar orang tiba di gerbang kejayaan.
Namun demikian, apa benar kalau kita ingin menjadi figur sukses -- lebih spesifiknya pebisnis sukses -- harus menempuh perjalanan yang sarat dengan teori-teori kesuksesan seperti itu?
Dari berbagai catatan yang ada, tampaknya tidak demikian. Banyak sepak-terjang yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis dunia tidak mencerminkan bahwa kesuksesan mereka disebabkan pembelajaran yang sungguh-sungguh dalam ilmu bisnis, profesionalisme dan teori kepemimpinan. Tidak juga pengetahuan ekonomi, teori-teori tentang kebebasan finansial, ilmu marketing dan lain sebagainya. Pun, tidak karena mereka rajin mengikuti seminar kesuksesan atau lokakarya tentang strategi bisnis.
Di lain pihak, banyak pemimpin bisnis ternyata merupakan orang-orang yang justru tidak suka belajar, malas sekolah, dan hanya ingin bermain-main saja. Boro-boro ikut seminar atau lokakarya. Lho kok bisa?
Ada beberapa contoh kasus. Yang pertama, Thomas Alva Edison. Nama ini sudah kita tahu sejak di bangku SD bukan? Namun, tentunya kita kenal Edison lebih sebagai tokoh ilmu pengetahuan, karena sekolah memfokuskan ajaran hanya pada penemuan atas lampu pijar dan berbagai temuan teknis lain yang dilakukannya.
Maka jarang kita memperhatikan bahwa sesungguhnya Thomas Alva Edison adalah juga seorang pengusaha besar yang sukses. Ia adalah pemilik dan pendiri berbagai perusahaan dengan nama-nama seperti Lansden Co. (mobil/otomotif), Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.
Apakah untuk mencapai itu semua Edison harus bersusah-payah mengikuti berbagai sekolah dan pendidikan tinggi? Atau mengikuti seminar kelas dunia yang diselenggarakan oleh para pakar kesuksesan, pakar bisnis atau pakar financial freedom? Ternyata tidak. Figur Edison adalah figur pemalas yang hanya tahan 3 minggu bersekolah. Ia lebih suka bermain-main dengan perkakas, dengan kawat dan dengan listrik. Itu kesenangannya dan dengan itu ia sukses.
Contoh lain adalah Kenji Eno. Ia juga tidak suka sekolah. Ia cuma suka bermain-main dengan permainan, istimewanya dengan video games. Kelas 2 SMA berhenti sekolah terus nganggur. Lalu dapat kerja di perusahaan perangkat lunak, sampai akhirnya ia berhasil mendirikan perusahaan perangkat lunaknya sendiri yang dinamakan WARP. Dalam tempo beberapa tahun saja Kenji Eno mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan video games terhebat di dunia yang diakui oleh tokoh-tokoh industri.
Fenomena-fenomena yang dibuat oleh orang-orang semacam Edison dan Kenji Eno ini memberi kesan kepada kita semua bahwa bisnis itu sebenarnya lebih dekat kepada sebuah permainan, dan terlalu jauh untuk diperlakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Gede Prama yang dikenal sebagai pakar manajemen (bahkan dijuluki Stephen Covey Indonesia), mengomentari fenomena Kenji Eno sebagai kesuksesan dari kebebasan berfikir yang mampu melompat, karena belum terkena polusi-polusi yang dibuat sekolah.
Menurut saya, adalah keliru mempelajari fenomena pemimpin, untuk menciptakan pemimpin. Demikian juga, keliru mempelajari fenomena pebisnis sukses, untuk mencetak pebisnis sukses. Sebab, fenomena pemimpin (atau pebisnis) adalah fenomena manusia, yang tidak sama dengan fenomena alam. Kalau Isaac Newton mempelajari peristiwa jatuhnya buah apel ke tanah (fenomena alam) dan kemudian menemukan hukum gavitasi, maka itu oke-oke saja. Karena fenomena alam tidak berubah, hukum gravitasi pun akan tetap abadi.
Akan tetapi, mempelajari fenomena manusia pasti akan menimbulkan frustrasi. Sebab, manusia merupakan mesin perubahan, sehingga tidak akan ada fenomena manusia yang tinggal tetap abadi sepanjang masa, berlawanan dengan yang kita lihat pada peristiwa jatuhnya buah apel.
Pemimpin, dalam bidang apa pun termasuk bisnis, adalah sosok manusia yang bebas, yang bertindak semaunya tanpa memperhatikan teori mau pun kaidah, sehingga nyaris percuma kalau kita ingin mempelajari dan mengikuti jejak sepak terjangnya.
Coba lihat, pada saat terjadinya resesi ekonomi dunia tahun 1929, semua orang berdasarkan teori-teori yang ada, berusaha untuk berlaku sehemat mungkin. Tapi sebaliknya, Matsushita si raja elektrik dari Jepang malah royal mengeluarkan uang. Seakan uang itu tidak lebih dari mainan saja layaknya. Meski pun bukan tanpa alasan dia berlaku demikian.
Lihat juga Kim Woo Chong, pendiri imperium Daewoo. Ketika semua pengusaha (juga dengan teori-teori yang ada) berkonsentrasi memasuki pasar negara-negara kaya semacam Amerika dan Eropa, ia malah dengan santainya masuk ke pasar-pasar “keras” seperti Iran, Sudan dan Rusia serta negara-negara blok timur.
“Kesia-siaan” mempelajari dan berusaha mengikuti sepak terjang para pemimpin bisnis bisa dirasakan secara langsung di lapangan. Saat pertama kali Harvard Business Review mempublikasikan konsep pemasaran yang beken dengan “Marketing Mix” 4P (product, price, place dan promotion), nyaris semua pengusaha serta pakar bisnis menganut konsep ini secara fanatik. Begitu juga dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah manajemen.
Tapi, tidak terlalu lama, sebagai akibat “ulah” para pemimpin bisnis yang gemar bermain-main, perubahan tren perekonomian dan industri memaksa para pakar dan pembelajar merubah lagi konsepnya dengan 6P, 8P bahkan yang terakhir disebutkan sebagai 12P.
Terus bagaimana? Kalau kita harus bersiaga setiap saat untuk belajar dan tidak ketinggalan zaman dengan ilmu marketing, kapan kita berbisnis?
Saya rasa kita semua banyak yang terjebak dan hanyut dalam “arus ilmu pengetahuan” yang dibuat oleh mereka yang “pakar ilmu pengetahuan”, sehingga kita tidak sempat lagi berinovasi yang justru merupakan kunci sukses bisnis. Kita malah terus menerus “dipaksa” mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.
Pertanyaannya: ”Sebenarnya kita mau jadi pebisnis atau mau jadi ilmuwan sih?”
Saya sendiri yakin bahwa bisnis dan kesuksesan itu adalah semacam permainan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh William Cohen dalam tulisannya “The Art Of The Leader” : “Success is acquired by playing hard, not by working hard..”.
Mengacu pada obsesi banyak orang tentang Bill Gates dan Donald Trump sebagaimana disebut di atas, perlu diketahui bahwa kedua orang tokoh ini pun mencapai sukses dari kesenangannya bermain-main.
Bill Gates sejak masih berusia 13 tahun sudah bermain-main dengan perangkat lunak komputer, dan dengan itu ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Donald Trump juga sejak kecil selalu bermain-main ke kantor ayahnya, Fred Trump. Dia suka sekali melihat-lihat maket gedung dan pencakar langit, sebelum tertarik dengan bidang bisnis sang ayah, yaitu properti. Dan jadilah Donald Trump seorang Raja Properti.
Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, orang yang mempelajari ilmu kepemimpinan tidak akan menjadi pemimpin. Tapi, orang yang mencoba menjadi pemimpin, akan menjadi pemimpin. Demikian juga, orang yang mempelajari ilmu bisnis, tidak akan menjadi pebisnis. Tapi, orang yang mencoba menjadi pebisnis, akan menjadi pebisnis.
di Plek dari alamat:..
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/12/bisnis-itu-permainan-bukan-ilmu.html
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/12/bisnis-itu-permainan-bukan-ilmu.html
Cara Mengontrol Amarahmu [MUST READ]
Kemarahan
adalah emosi umum saat kita mengalami, melihat, mendengar, dan
merasakan seseorang atau sesuatu tidak benar atau berlawanan dengan
pandangan kita. Tetapi di kasus tertentu, marah itu penting untuk
menunjukkan ketegasan kita. Setiap orang memiliki skala kemarahan
sendiri...
Seberapa sering kita marah, seberapa hebat, seberapa lama, tingkat masalah yang membuat marah, berbeda-beda tiap orang. Orang yang sering dan mudah marah, terlalu lama dan terlalu hebat saat marah perlu belajar manajemen emosi untuk mengontrol amarahnya. Aku akan memberikan tips umum untuk mengontrol amarahmu.
Quote:1. Menjauhlah beberapa saat dan berikan waktu pada dirimu untuk berpikir
Saat kamu merasa seseorang melakukan kesalahan, jangan langsung merespon situasi tersebut. Lebih baik, ambil waktu beberapa saat untuk berpikir, tenangkan dirimu, dan ambil napas yang dalam. Jika perlu, menjauhlah dari sumber masalah. Setelah kamu merasa rileks, hadapilah!
Quote:2. Cari akar permasalahannya
Seringkali orang menjadi marah karena mereka tidak menilai masalah lebih dalam. Bisa saja itu hanyalah efek samping dari rasa iri hati, hormon yang tidak stabil (saat menstruasi), atau mungkin mereka belum menyadari penyebab sebenarnya dari masalah. Contohnya, kamu marah karena pacarmu terlambat menjemputmu. Dalam kasus itu, daripada langsung menuduh ia tidak bertanggung jawab, tanyakan padanya "mengapa kamu terlambat?". Bisa saja ia terlambat karena ia harus menyelesaikan sesuatu yang penting sebelumnya. Jika kamu dapat menemukan akar permasalahan dari masalahmu dan mengatasinya, kamu tidak akan menjadi orang yang mudah marah.
Quote:3. Berpikirlah mengenai responmu dan konsekuensinya
Tak terhitung lagi orang yang merasa menyesal karena mereka tidak bisa mengendalikan amarahnya. Biasanya, orang yang tidak dapat mengendalikan amarah, cenderung melukai perasaan orang lain, dan bahkan melukai secara fisik. Pikir lagi konsekuensi dari amarahmu. Bereaksi-lah terhadap masalah dengan tegas tanpa mengurangi arti sebenarnya dari kata-katamu. Jika kamu sudah terlanjur mengeluarkan amarahmu secara berlebihan, minta maaflah dengan tulus, dan katakan tujuanmu yang sebenarnya.
Quote:4. Dewasalah dalam berpikir dan bertindak
Orang yang akrab dengan amarah, biasanya memiliki masalah serius dengan kedewasaannya. Remaja cenderung lebih meledak-ledak dalam emosi karena mereka belum dewasa dalam berpikir dan belum memiliki emosi yang stabil. Tetapi bukan berarti setiap orang yang sudah tua adalah orang yang dewasa. Tingkatan umur tidak selalu sebanding dengan tingkat kedewasaan. Saat kamu selesai membaca artikel ini, tidak peduli kamu remaja atau orang tua, cobalah untuk selalu berpikir sebelum bertindak. Berlatihlah untuk mengontrol emosimu.
Quote:5. Temukan motivasi untuk meningkatkan dirimu
Apakah ada orang yang kamu cintai? Siapakah orang yang tidak ingin terkena akibat dari amarahmu? Gunakan mereka dan berpikirlah tentang mereka sebagai motivasimu untuk mengontrol amarahmu.
Pastikan kamu membaca Efek Negatif dari Marah juga, untuk mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai amarah. Good Luck
Seberapa sering kita marah, seberapa hebat, seberapa lama, tingkat masalah yang membuat marah, berbeda-beda tiap orang. Orang yang sering dan mudah marah, terlalu lama dan terlalu hebat saat marah perlu belajar manajemen emosi untuk mengontrol amarahnya. Aku akan memberikan tips umum untuk mengontrol amarahmu.
Quote:1. Menjauhlah beberapa saat dan berikan waktu pada dirimu untuk berpikir
Saat kamu merasa seseorang melakukan kesalahan, jangan langsung merespon situasi tersebut. Lebih baik, ambil waktu beberapa saat untuk berpikir, tenangkan dirimu, dan ambil napas yang dalam. Jika perlu, menjauhlah dari sumber masalah. Setelah kamu merasa rileks, hadapilah!
Quote:2. Cari akar permasalahannya
Seringkali orang menjadi marah karena mereka tidak menilai masalah lebih dalam. Bisa saja itu hanyalah efek samping dari rasa iri hati, hormon yang tidak stabil (saat menstruasi), atau mungkin mereka belum menyadari penyebab sebenarnya dari masalah. Contohnya, kamu marah karena pacarmu terlambat menjemputmu. Dalam kasus itu, daripada langsung menuduh ia tidak bertanggung jawab, tanyakan padanya "mengapa kamu terlambat?". Bisa saja ia terlambat karena ia harus menyelesaikan sesuatu yang penting sebelumnya. Jika kamu dapat menemukan akar permasalahan dari masalahmu dan mengatasinya, kamu tidak akan menjadi orang yang mudah marah.
Quote:3. Berpikirlah mengenai responmu dan konsekuensinya
Tak terhitung lagi orang yang merasa menyesal karena mereka tidak bisa mengendalikan amarahnya. Biasanya, orang yang tidak dapat mengendalikan amarah, cenderung melukai perasaan orang lain, dan bahkan melukai secara fisik. Pikir lagi konsekuensi dari amarahmu. Bereaksi-lah terhadap masalah dengan tegas tanpa mengurangi arti sebenarnya dari kata-katamu. Jika kamu sudah terlanjur mengeluarkan amarahmu secara berlebihan, minta maaflah dengan tulus, dan katakan tujuanmu yang sebenarnya.
Quote:4. Dewasalah dalam berpikir dan bertindak
Orang yang akrab dengan amarah, biasanya memiliki masalah serius dengan kedewasaannya. Remaja cenderung lebih meledak-ledak dalam emosi karena mereka belum dewasa dalam berpikir dan belum memiliki emosi yang stabil. Tetapi bukan berarti setiap orang yang sudah tua adalah orang yang dewasa. Tingkatan umur tidak selalu sebanding dengan tingkat kedewasaan. Saat kamu selesai membaca artikel ini, tidak peduli kamu remaja atau orang tua, cobalah untuk selalu berpikir sebelum bertindak. Berlatihlah untuk mengontrol emosimu.
Quote:5. Temukan motivasi untuk meningkatkan dirimu
Apakah ada orang yang kamu cintai? Siapakah orang yang tidak ingin terkena akibat dari amarahmu? Gunakan mereka dan berpikirlah tentang mereka sebagai motivasimu untuk mengontrol amarahmu.
Pastikan kamu membaca Efek Negatif dari Marah juga, untuk mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai amarah. Good Luck
[WoW] Agan Punya Pekerjaan yang Membosankan !!! Ada Cara nya nih gan
Kali ini ane ingin
menshare sedikit informasi dari sumber yang menurut ane merupakan salah
satu info penting bagi agan2 semua yang memiliki pekerjaan atau apapun
yang sifatnya itu membosankan, tp apakah pekerjaan itu bisa di buat
nikmat dan terasa enjoy ?!?. Banyak gan caranya...menurut pengalaman ane
adalah cukup dengan menjadikan pekerjaan kita bagian dari hobi kita
kita. contoh agan suka maen futsal, biar kata ujan, gledek, sakit perut,
pusing klo emang ada schedule maen futsal pasti agan2 tetep berangkat
kan ?!? nah itu yang ane maksud gan. untuk detailnya ane share di bawah
ini gan......Cara-cara Mengerjakan Pekerjaan yang Membosankan
Quote:
Seberapa cintakah Agan pada pekerjaan Agan? Kecintaan pada pekerjaan memang membuat kita berpeluang lebih tinggi untuk meraih keberhasilan. Namun, tidak semua bagian dari pekerjaan yang kita miliki itu menyenangkan. Ada hal-hal tertentu yang membuat kita merasa kurang nyaman, kurang bebas, atau terkekang saat bekerja.
Jangan terlalu memikirkannya
Satu cara untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang tak terlalu menyenangkan ialah dengan tidak terlalu memikirkannya dalam-dalam. Tentu saja Agan masih harus berkonsentrasi saat mengerjakannya tetapi jika Agan menyibukkan diri menyelesaikannya dengan mengerjakan, bukan membicaranya atau memikirkan, pikiran Agan akan tersibukkan dan teralihkan dari pikiran negatif yang membuat tidak produktif. Memikirkan kekhawatiran akan sesuatu yang belum terjadi ialah penyia-nyiaan tenaga dan waktu.
Temukan cara alternatif untuk melakukannya
Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan menemukan cara alternatif untuk melakukannya. Misalnya jika Agan kurang menyukai tugas administrasi kantor yang monoton, lakukan dengan metode yang bervariasi, mengerjakannya diiringi musik kesukaaan, atau di tempat yang tenang dan minim gangguan.
Lakukan tanpa ditunda
Penundaan akan membuat beban terasa lebih berat. Saat tugas terselesaikan dengan segera, beban Anda akan terasa jauh lebih ringan. Setelah terbebas dari pekerjaan yang kurang menyenangkan itu, pikiran dan energi Anda bisa lebih leluasa fokus ke tugas-tugas lain yang lebih menyenangkan.
Lakukan sedikit demi sedikit
Melakukan dengan sekaligus akan memberatkan. Melakukan sedikit demi sedikit akan terasa lebih ringan. Disiplin juga diperlukan di sini. Agan harus konsisten mengerjakannya sedikit demi sedikit, jangan melewatkan jadwal yang sudah ditentukan.
Berikan pujian pada diri sendiri saat memulai
Ingatlah bahwa saat Agan mulai mengerjakan tugas yang sulit atau membosankan, Agan sedang melakukan sebuah pekerjaan yang dihindari dan dibenci oleh banyak orang. Memulai ialah bagian yang paling sulit dalam proses tersebut. Namun begitu Agan sudah mulai, mungkin akan sulit berhenti bekerja karena Agan mendapat keuntungan dari momentum.
Misalnya, Agan bisa memutuskan untuk bekerja 5-10 menit mengerjakan satu pekerjaan. Setelah Agan bekerja dalam jumlah waktu itu, lihatlah jika Agan masih ingin untuk berhenti mengerjakannya atau Agan masih melanjutkannya.
Setiap kali memulai bagian terberat suatu pekerjaan, kita akan merasa amat percaya diri setelah melewatinya dengan baik. Kita tahu persis bahwa situasi itu bisa memburuk.
Ingatlah pengalaman masa lalu Anda
Setiap orang pasti pernah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sulit sebelumnya, tetapi apakah Agan ingat bagaimana perasaan Agan setelahnya? Menyelesaikan pekerjaan yang sulit dan membuat kewalahan justru sering membuat kita merasa puas dan percaya diri.
Saat sebuah pekerjaan berat muncul, fokuslah pada perasaan positif yang Agan miliki sebelumnya yang bisa dirasakan saat Agan sudah selesai. Perasaan positif itu membantu Agan untuk mulai dengan pekerjaan Agan dan menyelesaikannya dengan mudah. Setiap kali kita mulai sebuah pekerjaan, ingatlah untuk menyadari perasaan positif yang bisa dirasakan setelahnya.
Quote:
Seberapa cintakah Agan pada pekerjaan Agan? Kecintaan pada pekerjaan memang membuat kita berpeluang lebih tinggi untuk meraih keberhasilan. Namun, tidak semua bagian dari pekerjaan yang kita miliki itu menyenangkan. Ada hal-hal tertentu yang membuat kita merasa kurang nyaman, kurang bebas, atau terkekang saat bekerja.
Jangan terlalu memikirkannya
Satu cara untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang tak terlalu menyenangkan ialah dengan tidak terlalu memikirkannya dalam-dalam. Tentu saja Agan masih harus berkonsentrasi saat mengerjakannya tetapi jika Agan menyibukkan diri menyelesaikannya dengan mengerjakan, bukan membicaranya atau memikirkan, pikiran Agan akan tersibukkan dan teralihkan dari pikiran negatif yang membuat tidak produktif. Memikirkan kekhawatiran akan sesuatu yang belum terjadi ialah penyia-nyiaan tenaga dan waktu.
Temukan cara alternatif untuk melakukannya
Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan menemukan cara alternatif untuk melakukannya. Misalnya jika Agan kurang menyukai tugas administrasi kantor yang monoton, lakukan dengan metode yang bervariasi, mengerjakannya diiringi musik kesukaaan, atau di tempat yang tenang dan minim gangguan.
Lakukan tanpa ditunda
Penundaan akan membuat beban terasa lebih berat. Saat tugas terselesaikan dengan segera, beban Anda akan terasa jauh lebih ringan. Setelah terbebas dari pekerjaan yang kurang menyenangkan itu, pikiran dan energi Anda bisa lebih leluasa fokus ke tugas-tugas lain yang lebih menyenangkan.
Lakukan sedikit demi sedikit
Melakukan dengan sekaligus akan memberatkan. Melakukan sedikit demi sedikit akan terasa lebih ringan. Disiplin juga diperlukan di sini. Agan harus konsisten mengerjakannya sedikit demi sedikit, jangan melewatkan jadwal yang sudah ditentukan.
Berikan pujian pada diri sendiri saat memulai
Ingatlah bahwa saat Agan mulai mengerjakan tugas yang sulit atau membosankan, Agan sedang melakukan sebuah pekerjaan yang dihindari dan dibenci oleh banyak orang. Memulai ialah bagian yang paling sulit dalam proses tersebut. Namun begitu Agan sudah mulai, mungkin akan sulit berhenti bekerja karena Agan mendapat keuntungan dari momentum.
Misalnya, Agan bisa memutuskan untuk bekerja 5-10 menit mengerjakan satu pekerjaan. Setelah Agan bekerja dalam jumlah waktu itu, lihatlah jika Agan masih ingin untuk berhenti mengerjakannya atau Agan masih melanjutkannya.
Setiap kali memulai bagian terberat suatu pekerjaan, kita akan merasa amat percaya diri setelah melewatinya dengan baik. Kita tahu persis bahwa situasi itu bisa memburuk.
Ingatlah pengalaman masa lalu Anda
Setiap orang pasti pernah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sulit sebelumnya, tetapi apakah Agan ingat bagaimana perasaan Agan setelahnya? Menyelesaikan pekerjaan yang sulit dan membuat kewalahan justru sering membuat kita merasa puas dan percaya diri.
Saat sebuah pekerjaan berat muncul, fokuslah pada perasaan positif yang Agan miliki sebelumnya yang bisa dirasakan saat Agan sudah selesai. Perasaan positif itu membantu Agan untuk mulai dengan pekerjaan Agan dan menyelesaikannya dengan mudah. Setiap kali kita mulai sebuah pekerjaan, ingatlah untuk menyadari perasaan positif yang bisa dirasakan setelahnya.
Sabtu, 29 Juni 2013
Memahami Konsep Kepemimpinan Bisnis Online Jeff Bezos
“Work hard, have fun and make history.”Setelah Steve Job meninggal, Jeff Bezos sekarang menjadi pemimpin dunia IT yang disegani. Pada kesempatan ini, Jeff Bezos memberikan banyak saran kepemimpinan, mulai dari apa yang harus dibaca hingga bagaimana mengelola stress. Banyak dari saran yang diberikan berhubungan dengan bisnis. Di bawah ini Jeff Bezos memberikan 10 tips memimpin perusahaan:
1. Mendasarkan strategi Anda pada hal yang tidak berubah
Mulai dari menjual lisptik, traktor, pembaca e-book dan data storage merupakan satu kesatuan dari rencana besar dengan 3 nilai penting yaitu menawarkan banyak pilihan, harga murah dan cepat, pengiriman yang dapat dipercaya.
It helps to base your strategy on things that won’t change. When I’m talking with people outside the company, there’s a question that comes up very commonly: “What’s going to change in the next five to ten years?” But I very rarely get asked “What’s not going to change in the next five to ten years?” At Amazon we’re always trying to figure that out, because you can really spin up flywheels around those things. All the energy you invest in them today will still be paying you dividends ten years from now. Whereas if you base your strategy first and foremost on more transitory things—who your competitors are, what kind of technologies are available, and so on—those things are going to change so rapidly that you’re going to have to change your strategy very rapidly, too. “The Institusional Yes : Harvard Business Review”2. Terobsesi pada pelanggan Anda
“The most important single thing is to focus obsessively on the customer. Our goal is to be earth’s most customer-centric company.”Pada awal perusahaan Bezos membeli sebuah kursi kosong di ruang rapat. Para karyawan ditekankan untuk memikirkan kursi kosong tersebut yang merupakan anggota rapat paling penting yaitu pelanggan. Namun sekarang peran penting itu diperankan oleh karyawan yang sudah diberikan traning. Hasilnya adalah tingkat kepuasan pelanggan meningkat drastis.
3. Kami rela disalah pahami pada jangka waktu yang panjang
Banyak ekspansi bisnis Amazon yang membutuhkan banyak biaya pada awalnya. Ekspansi itu kadang membuat harga saham meluncur ke bawah dan membuat para analis sering mencemooh tindakan yang dilakukan Amazon. Bezos hanya mengangkat bahu sebagai jawaban dari tindakannya tersebut. Jika ada goal strategik yang masuk akal baginya, walaupun membutuhkan lima hingga tujuh tahun baru bisa mendapatkan hasilnya, dia akan melakukannya .
4. Terdapat 2 jenis perusahaan: perusahaan yang berusaha mengenakan biaya yang tinggi kepada pelanggan dan perusahaan yang mengenakan biaya yang rendah pada pelanggan mereka. Kami akan menjadi perusahaan jenis kedua.
Banyak retailer yang membicarakan penekanan biaya dan penghematan pada konsumen. Sedikit retailer yang sangat sering melakukannya seperti Amazon di mana berhemat merupakan satu dari delapan nilai perusahaan. Hasil dari penghematan perlengkapan kantor yang murah yaitu 90 milyar nilai saham di pasar saham dan pertumbuhan pendapatan sebesar 35 %.
5. Tentukan apa yang dibutuhkan pelanggan, berangkat dari situ, buatlah produk, jangan dibalik
Spesifikasi untuk proyek besar Amazon seperti tablet Kindle dan pembaca e-book sudah ditentukan oleh keinginan pelanggan dibandingkan dibuat berdasarkan keinginan internal engineer dari Amazon. Jika pelanggan menginginkan suatu bagian dalam produk hilang maka itu akan dilakukan walaupun perubahan itu mungkin akan mengganggu suatu departemen yang kuat di perusahaan.
6. Budaya kami adalah friendly dan kuat, tetapi jika tekanan datang mendorong maka kami akan menyelesaikan dengan sangat baik.
Data merupakan bagian paling penting di Amazon, khususnya hasil tes dari reaksi pelanggan terhadap perbedaan fitur dan desain situs. Bezos menyebutnya “ culture of metrics.”
7. Jika Anda ingin menemukan banyak penemuan, Anda harus berani untuk gagal.
“We are willing to go down a bunch of dark passageways, and occasionally we find something that really works.”Pada awalnya perusahaan mempekerjakan banyak editor untuk menulis buku dan review musik lalu kami memutuskan menambahkan kritik pelanggan sebagai tambahan. Mencoba fitur auction/ pelelangan menjadi kegagalan kami. Bezos menganggap kegagalan adalah bagian dari perusahaan asalkan Amazon bisa belajar sesuatu yang berguna.
8. Pada zaman dulu, Anda mencurahkan 30% dari waktu Anda untuk membangun layanan yang baik dan 70% waktu Anda untuk mempromosikannya. Pada zaman sekarang, hukum itu berlaku sebaliknya.
Biaya iklan Amazon termasuk sangat kecil untuk ukuran retailer. Bezos percaya cara marketing dari mulut ke mulut jauh lebih penting dalam zaman digital sekarang jadi dia cenderung menggunakan cara peningkatan proses secara murah yang berarti membuat pelanggan senang lalu mereka akan memberi tahu orang lain.
9. Setiap orang harus bisa bekerja sebagai call center
Komplain bisa dengan mudah menghancurkan brand Anda pada zaman tweet dan blog sekarang. Bezos meminta ribuan manager Amazon, termasuk dirinya mengikuti training call center selama dua hari setiap tahun. Hasilnya : kerendahan hati dan empati kepada pelanggan Amazon.
10. “This is Day 1 for the Internet. We still have so much to learn.”
Bezos pertama kali melakukan pengamatan terhadap dunia internet pada tahun 1997 yang ada dalam surat awalnya kepada para pemegang saham Amazon. Dia tidak pernah beranjak dari itu walaupun ketika kantor utama Amazon merupakan bangunan terbesar di Day 1 North dan Day 1 South. Dalam wawancaranya Bezos masih mengatakan bahwa internet adalah dunia yang belum bisa dipetakan, tidak bisa dimengerti secara sempurna dan selalu bisa menimbulkan kejutan setiap saat.
11. Fokus pada value dari service Anda, jangan terlalu suka pada “hingar bingar” (shiny things)
There are always shiny things. A company shouldn’t get addicted to being shiny, because shiny doesn’t last. You really want something that’s much deeper-keeled. You want your customers to value your service. And there are companies that haven’t gone through tough times, so they’re not really tested. (Wired : Jeff Besoz own the web in more ways than you think”)12. Jagalah reputasi Anda dengan selalu melakukan yang terbaik.
A brand for a company is like a reputation for a person. You earn reputation by trying to do hard things well13. Dalam hiring, jadilah sangat pemilih
“I’d rather interview 50 people and not hire anyone than hire the wrong person.”Bezos sangat pemilih dalam merekrut orang, dia menyadari culture yang hebat mengalir secara natural dari orang-orang yang Anda bawa dalam tim. Per April 2012, Amazon.com memiliki 56,000 yang merupakan orang-orang terbaik dan paling cemerlang.
14. Imitate
Menjadi unik adalah baik, tetapi lebih baik lagi kalau kita memberikan twist pada sesuatu yang sudah terbukti proven.
We watch our competitors, learn from them, see the things that they were doing for customers and copy those things as much as we can.15. Grow Slow
Don’t turn a blind eye to your competitors. Chances are they’re doing something you could learn from.
Berapa lama seharusnya sebuah startup mendapatkan profit ? Mungkin 6 bulan ?
Untuk Jeff Bezos dan Amazon.com, membutuhkan 6 tahun. Profitnya hanya $5 million dari revenue $1 billion.
Terdengar seperti cukup lama dengan margin yang kecil, tapi baik-baik saja menurut business plan Bezos yang bisa dibilang lambat. Bezos tidak terburu-buru mengambil profit karena ia ingin menjaga harga tetap murah.
Strategi ini membuat investor frustasi dalam jangka pendek tetapi terbayar dengan sangat besar ketika Amazon bisa survive dari bubble dot com dan mulai menghasilkan profit lebih besar dari tahun ke tahun.
DI PLEK DARI ALAMAT:..
Langganan:
Postingan (Atom)