Sabtu, 29 Juni 2013

Inovasi Dihasilkan dari Adu Argumentasi, Bukan Hanya Brainstorming

Editor’s note : Daniel Sobol adakah design strategist di Continuum, perusahaan konsultan inovasi dan design product

Kita membutuhkan tempat di mana seseorang akan melempar idenya dan orang lain akan memberikan kritik tetapi orang tersebut tidak merasa dihakimi

Di Continuum, rahasia inovasi adalah “diskusi konsultatif” atau biasa disebut deliberative discourse. Di bawah ini bagaimana Anda juga bisa melakukannya.
Brainstorming muncul sebagai cara untuk memunculkan ide sejak tahun 1940 namun ternyata brainstorming bukan cara terbaik untuk mendapatkan inovasi. Jonah Lehrer dalam artikelnya di The New Yorker dan Susan Cain dalam buku barunya Quiet menegaskan bahwa brainstorming bukan merupakan cara terbaik untuk mendapatkan inovasi. Ilmuwan menunjukkan bahwa brainstorming dapat mengaktifkan rasa takut neurologis akan penolakan dan ide dari sekelompok orang yang brainstorming juga tidak selalu lebih kreatif dibandingkan ide dari seorang individu. Brainstorming sebenarnya bisa menghambat munculnya ide yang bagus.
Tetapi brainstorming memang bertujuan untuk berinovasi, untuk berinovasi kita membutuhkan lingkungan yang mendukung imajinasi dan sebuah tempat di mana kita bisa mengeluarkan banyak ide gila, ide-ide dengan perspektif berbeda atau bahkan ide buruk di antara ide baik. Kita perlu bekerja secara kolaboratif dan secara individu. Kita juga membutuhkan waktu berdiskusi yang cukup bahkan berdebat. Kita membutuhkan tempat di mana seseorang akan melempar idenya dan orang lain akan memberikan kritik tetapi orang tersebut tidak merasa dihakimi yang mengakibatkan dia menjadi defensive dan mematikan idenya. Namun proses ini tidak disupport oleh prinsip – prinsip brainstorming tradisional yang lebih mementingkan kolaborasi kelompok dan semua ide yang muncul akan dianggap sama tanpa penilaian.
Tetapi apabila tidak dengan brainstorming, dari mana kita bisa mendapatkan ide yang bagus?
Di Continuum, kami menggunakan “deliberative discourse” atau biasa kita sebut “Debat dan Diskusi” atau “diskusi konsultatif.” Cara ini pertama kali diciptakan oleh Aristoteles. Cara ini lebih menekankan pada komunikasi partisipatif dan komunikasi kolaboratif (tetapi bukan berarti tanpa kritikan). Berbagai posisi dan pandangan memberikan pendapat dengan pengertian akan satu tujuan yang ingin dicapai. Tidak ada hirarki dalam diskusi tersebut. Ini juga bukan merupakan debat karena tidak ada dua bagian yang berlawanan untuk menang. Tetapi lebih pada bekerja bersama untuk memecahkan suatu masalah dan membuat sebuah ide baru.
Jadi kami berdebat lalu berdiskusi kemudian berdebat lagi itulah yang kami lakukan. Tetapi proses diskusi kami bebas dari teriakan dan pertengkaran.
Di bawah ini 5 kunci utama agar bisa menciptakan diskusi yang baik dan pada akhirnya memunculkan ide yang brilian
1. Hilangkan hirarki dan struktur
Menghapuskan hirarki merupakan kunci penting dalam diskusi dan perdebatan. Sangat penting untuk menciptakan tempat dimana semua orang bisa berkontribusi di dalamnya. Pada minggu pertama saya di Continuum, saya bergabung dalam tim yang terdiri dari 3 orang diantaranya satu senior dan satu kepala strategik. Dalam tim tersebut, saya merupakan anggota termuda.
Dalam sesi pertama, kepala strategic melihat saya dan berkata,”Anda seharusnya tahu Anda tidak bekerja apabila Anda tidak membantah saya minimal sekali sehari.” Dia memberikan izin saya untuk mengeluarkan pendapat saya secara terbuka, tanpa memperhatikan senioritas. Tidak adanya hirarki membuat ruang di mana ide bisa ditemukan dan mendapatkan tantangan dari setiap orang tanpa ketakutan di dalamnya.
2. Katakan “Tidak, KARENA …”
Pada umumnya, kesuksesan brainstorming bergantung pada penerimaan dari semua ide dan tidak adanya penilaian di dalamnya. Banyak aturan pada brainstorming yang memicu orang berkata “Ya, DAN…” yang bertujuan untuk menambahkan ide orang lain. Dulunya saya juga seperti itu, saya selalu mengatakan “Ya, DAN … ”.
Tetapi sekarang saya juga suka mengatakan “Tidak, KARENA …”. Perkataan “tidak” merupakan bagian dari proses diskusi, tetapi apabila Anda ingin mengatakan tidak, maka Anda wajib mengutarakan alasannya. Mempersiapkan alasan dari sebuah perkataan “Tidak” merupakan bagian dari diskusi yang konsultatif. Dan alasan yang diberikan harus bisa mewakili orang banyak dan bukan dari ego sendiri.
Selama diskusi mengenai ide, kami kembali berfokus pada orang, dengan bertanya satu per satu jika ide kami sudah memberikan solusi atas kebutuhan yang mereka butuhkan atau masalah yang kami lihat. Ini yang mempertahankan kami tetap dapat dipercaya akan suatu hal dibandingkan dengan ide berdasarkan diri sendiri, dan itu berarti kami bisa men-challenge ide rekan kerja tanpa membawanya ke ranah personal.
3. Sudut pandang yang bervariasi
Kita semua pernah mendengar mengenai teori “ T-shaped people” dan membangun tim dengan disiplin ilmu yang berbeda. Model ini bekerja pada kami karena deliberative discourse membutuhkan sudut pandang berbeda untuk membentuk sebuah ide.
Kami membentuk tim yang mempunyai anggota yang bervariasi: Anda bisa berjalan ke ruangan project dan Anda bisa menemukan seorang seniman berubah menjadi orang strategik, seorang profesor Inggris menjadi ahli inovasi secara bersamaan. Dan sebenarnya background saya adalah dalam bidang seni teater dan antropologi.
Ketika kami masuk dalam deliberative discourse, perdebatan dan diskusi setiap orang membawa pandangan berbeda dalam melihat masalah dan menyelesaikan masalah dalam sebuah diskusi.
4. Fokus pada tujuan
Sebuah diskusi konsultatif bukan hanya perdebatan untuk mempertahankan alasan.  Argumen akan menjadi lebih produktif untuk kami apabila semua orang mengerti bahwa kami bekerja untuk sebuah tujuan yang sama.
Kami menuliskan sebuah kalimat tujuan dari setiap projek dan kami menempelkannya pada pintu ruangan projek. Setiap hari ketika kami melewati ruang itu, kami akan baca dan kemudian masuk ke ruangan tersebut yang kami sebut “playing field”.
Tujuan yang ditetapkan bertujuan untuk mengingatkan kami bahwa kami bekerja bersama untuk menuangkan semua ide dalam projek tersebut. Semakin banyak kami berdebat dan berdebat, apapun yang terjadi dalam ruangan tersebut selalu bertujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Ini memungkinkan kami untuk berdebat dan berdiskusi tanpa menyakiti hati orang lain.
5. Ciptakan suasana yang menyenangkan
Kami mengerjakan projek dari bank skala global hingga perusahaan medis untuk menyelamatkan orang miskin. Pekerjaan kami membutuhkan kekuatan, perhatian dan ketelitian. Tetapi bagaimanapun sudah merupakan hal alami bagi kami dalam mengerjakan sebuah projek, kami selalu membuatnya menjadi menyenangkan. Sangat langka apabila Anda bisa melihat kami menghabiskan waktu satu jam tanpa adanya suara tertawa dari ruang projek. Sebuah diskusi konsultatif merupakan salah satu bentuk permainan, dan kami bermain untuk mencari ide brilian, tetapi kami juga harus menganggapnya serius.

DI PLEK DARI ALAMAT:..
http://startupbisnis.com/inovasi-dihasilkan-dari-adu-argumentasi-bukan-hanya-brainstorming/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar